Dahlan Iskan: Bumn Jangan Mau Diintervensi

Edisi: 36/40 / Tanggal : 2011-11-13 / Halaman : 148 / Rubrik : WAW / Penulis : Yophiandi Kurniawan, Dianing Sari, Yogita Meher


Sebetulnya Dahlan Iskan sudah berniat pensiun sebagai Direktur Utama Perusahaan Listrik Negara pada 2012. Dia bertekad tak mau lagi "ikut campur" dalam urusan pemerintahan. "Enak jadi orang bebas," katanya sambil tersenyum Sabtu dua pekan lalu. Tapi niat itu harus dia tanggalkan. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memintanya menjadi Menteri Badan Usaha Milik Negara dalam perombakan Kabinet Indonesia Bersatu II pada Oktober lalu.

Kendati singkat, kegesitannya mengelola perusahaan listrik pelat merah itu mengesankan banyak orang. Dia menggelindingkan kembali proyek listrik 10 ribu megawatt yang macet. Para pegawai di lingkungan perusahaan senang dengan gayanya yang santai tapi santun, dan selalu menyapa staf, bahkan office boy. "Dia sering duduk di sini, ngobrol dengan kami," kata dua resepsionis PLN. "Awalnya kami yang risi, masak bos duduk di sini."

Di PLN, Dahlan merintis komunikasi langsung—termasuk rapat singkat—dengan grup BlackBerry Messenger antara direksi dan manajer untuk mencari solusi atas berbagai masalah. "Banyak persoalan yang tak perlu ribet penyelesaiannya," kata dia sambil tersenyum. Semua pengalamannya di sektor swasta ditularkannya di BUMN, termasuk PLN yang dia buat "berlari cepat 100 kilometer per jam".

Dalam menangani BUMN, Dahlan memang berpandangan optimistis. Dia yakin birokrasi BUMN bisa berubah menjadi produktif dan mampu bersaing dengan swasta. "Saya berani bertaruh, direksi BUMN tak kalah dengan swasta," katanya. Syaratnya, mereka dipercaya. "Orang tak akan maju tanpa kebebasan kreativitas. Bila salah sedikit ditegur, itu justru mengunci kreativitas."

Sejak menjadi bos PLN, Dahlan giat pula menganjurkan penghematan dan dia sendiri memberi contoh. Dia kerap memakai mobil pribadi tanpa pe­ngawalan dan ajudan. "Cuma saya dan orang-orang yang sudah dia percaya selama ini," ujar seorang kepercayaannya yang mengiringi jalan pagi Sabtu dua pekan lalu. Tempo menyaksikan sendiri dia meminta penyejuk udara di kantornya dimatikan. "Sayang listrik, cuma satu orang, kok," ujar Dahlan kepada stafnya.

Seperti saat menjadi orang swasta, Dahlan tetap melakoni hobi jalan cepat. Dulu dia jalan pagi sejak pukul lima dari rumahnya ke kantor PLN setiap hari. Setelah menjadi menteri, kebiasaan itu diganti dengan jalan kaki di depan kantor barunya, Jalan Medan Merdeka Selatan. Pikiran dan badan, menurut dia, mesti sehat dalam bekerja.

Sambil berolahraga, dia menjawab sapaan masyarakat dan merangkul mahasiswa yang mengajaknya bercakap-cakap, termasuk dengan bahasa Mandarin yang sangat dia kuasai. Gaya bicaranya yang khas, meledak-ledak dan tegas, mewarnai pembicaraan dengan Yophiandi Kurniawan, Dianing Sari, Yogita Meher, Ishomuddin, dan fotografer Dwianto Wibowo dari Tempo dalam dua kali pertemuan.

Bagaimana kelanjutan restrukturisasi BUMN, termasuk privatisasi, di tangan Anda?

Saya tak mau membicarakan privatisasi dulu. Nanti malah terlibat pro-kontra. Seperti waktu di PLN, enam bulan pertama, saya tak mau berbicara tentang nuklir meskipun dipancing-pancing wartawan.…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…