Hikayat Paus Dan Umpan-umpan

Edisi: 32/40 / Tanggal : 2011-10-16 / Halaman : 26 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Anton Septian, Rusman Paraqbueq, Pramono


ENAM lelaki bergegas memasuki sebuah rumah toko di kompleks Induk Koperasi TNI Angkatan Laut, di seberang Mall of Indonesia, Kelapa Gading, Jakarta Utara, pertengahan Juli lalu. Dua dari mereka—seorang kepala dinas Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi dan seorang anggota rombongan—segera naik ke lantai dua menemui lelaki bernama Sindu Malik Pribadi. Sisanya tak diizinkan naik karena lantai dua sudah sesak. "Banyak orang memakai baju berlogo Partai Keadilan Sejahtera saat itu," kata sumber Tempo menceritakan pengalamannya dua pekan lalu.

Mereka, enam lelaki itu, datang dari sebuah kabupaten di Sulawesi. Membawa duit tunai Rp 450 juta di dalam tas punggung, mereka meluncur ke kantor Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi di Kalibata, Jakarta Selatan, sebelum ke Kelapa Gading. Sumber Tempo menyebutkan keputusan pengucuran dana percepatan pembangunan infrastruktur daerah sebesar Rp 40 miliar ditentukan hari itu. Setiba mereka di Kalibata, seorang pejabat Kementerian malah menyuruh mereka ke Kelapa Gading.

Di Kelapa Gading, ketika sedang menunggu urusan kelar, telepon seluler salah satu dari mereka berdering. Suara di seberang telepon berkata uang yang mereka bawa mesti diserahkan ke penunggang Toyota Fortuner hitam yang telah menunggu di depan ruko. Belakangan mereka mengetahui si penunggang Fortuner adalah Iskandar Pasajo alias Acos.

Di dalam mobil sudah ada orang lain, pengusaha dari Maluku. "Taruh saja kardusnya di bagasi," kata Acos kepada tamunya. Permintaan yang sama diajukan kepada sumber Tempo yang gelagapan karena duitnya masih di dalam tas punggung. Sang sumber lalu mencari kardus ke beberapa ruko sebelah, sementara Fortuner tetap berjalan mengelilingi kompleks.

Memperoleh kardus kosong bekas minuman kemasan, mereka lantas memindahkan uang dari tas punggung ke dalam kardus. Fortuner hitam sudah kembali parkir di depan ruko. Kardus dibawa ke mobil bongsor itu. Begitu bagasi dibuka, semua terperenyak. Di sana sudah tergeletak sejumlah kardus lain. "Kardusnya sama dengan yang kami bawa. Kemungkinan besar juga berisi uang," ujar sumber itu.

Duit Rp 450 juta disebut Acos sebagai panjar proyek. Kepada para tamu, Acos minta dibayar lagi lima persen dari nilai proyek jika daerah sang tamu masuk daftar penerima dana infrastruktur. Selesai…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…