Ketika Lomba Beduk Menjadi Festival Drum

Edisi: 44/23 / Tanggal : 1994-01-01 / Halaman : 94 / Rubrik : MS / Penulis : HARJANA, SUKA


GEROBAK sapi dan kereta api punya dua kesamaan. Keduanya sama-sama alat angkut, sama-sama hasil teknologi. Bedanya, yang satu kuno, lainnya modern. Mustahil memacu keduanya untuk berebutan unggul. Itu kelemahan praktis teknologi modern. Tidaklah demikian dalam hal seni. Yang lama dan yang baru dapat bertoleransi, tak harus saling mengalahkan.

Lihatlah, misalnya, Festival Drum Internasional di Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta, pekan lalu. Festival ini bermula dari lomba beduk di tempat yang sama kurang lebih sepuluh tahun yang lalu. Idenya diambil dari bebedugan di kampung-kampung yang sangat khas pada malam takbiran. Persoalan kemudian berkembang. Mungkin karena yang bersifat festival dan yang bertaraf internasional dianggap lebih menarik dan menguntungkan dari sekadar lomba beduk, dibuatlah festival drum.

Tapi tak apa. Drum memang dapat lebih luas dari sekadar beduk. Maka, gendang, rebana, bambu, kotekan, hasapi, gitar, komputer, bahkan tari-menari pun ada. Maklum, konon, kait-mengait. Pokoknya,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14

Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…

N
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21

Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…

A
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21

Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…