Melayarkan Sastra: Sebuah Problem
Edisi: 40/40 / Tanggal : 2011-12-11 / Halaman : 88 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : Budi Irawanto, ,
Budi Irawanto*
Mendiang Romo Y.B. Mangunwijaya pernah merasa masygul ketika Ami Prijono pada 1982 membuat film dari novelnya, Roro Mendut. Ia kecewa terhadap tafsir Ami Prijono atas novelnya. Akibatnya, Romo Mangun menampik namanya dicantumkan sebagai penulis cerita. Jauh sebelumnya, Armijn Pane menuai kekecewaan tatkala Dr Huyung memfilmkan karyanya, Antara Bumi dan Langit, pada 1950. Persis seperti Romo Mangun, Armijn menolak namanya disebut sebagai penulis cerita. Dua kasus ini sekadar mengguratkan peliknya mengadaptasi karya sastra ke film. Tapi rupanya para pembuat film tak pernah surut memfilmkan karya sastra.
Menarik dicatat, sepanjang tahun ini, sejumlah film di Tanah Air diilhami atau diadaptasi dari karya sastra. Film terlaris tahun ini, Surat Kecil untuk Tuhan, yang meraih 748.842 penonton, diangkat dari novel Agnes Davonar. Bahkan dua film lain diangkat dari sastra kanon: Di Bawah Lindungan Kaâbah karya Buya Hamka dan trilogi Ahmad Tohari, Ronggeng Dukuh Paruk. Dengan banyak perombakan, karya Buya Hamka, Di Bawah Lindungan Kaâbah, tak ubahnya kisah kasih tak sampai antara Hamid dan Zainab berlatar kehidupan Minang pada 1920-an. Sedangkan Sang Penari, yang diilhami karya Ahmad Tohari, berhasil mengangkat kisah asmara Srinthil-Rasus di tengah kemelut politik 1965. Kita masih bisa berharap satu film lagi yang tengah dalam proses praproduksi yang diangkat dari tetralogi…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…