KETIKA OPSI NAIK HARGA DIKUNCI

Edisi: 40/40 / Tanggal : 2011-12-11 / Halaman : 112 / Rubrik : EB / Penulis : Retno Sulistyowati, Aryani Kristanti, Gustidha Budiartie

RACHMAT, sopir angkot M-01, tak selalu mengisi bahan bakar minyak di empat stasiun pengisian bahan bakar umum yang ditunjuk pemerintah. Angkutan kota rute Senen-Kampung Melayu itu acap "selingkuh". Rabu pekan lalu, Rachmat masuk ke stasiun pengisian di kawasan Kramat, Jakarta Pusat. "Percuma, alat pemindai di pom bensin rujukan rusak. Antre saja di tempat lain," kata pria 30-an tahun itu ketika ditemui Tempo di Terminal Senen, Jakarta Pusat.

Angkot M-01 menjadi proyek uji coba pemerintah dalam program pembatasan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi. Dua ratusan kendaraan ditempeli stiker khusus, dan hanya boleh mengisi Premium di empat pom bensin yang berada di jalur M-01, yakni stasiun nomor 34-13306 di Jalan Jatinegara Timur, 34-13307 di Jalan Jatinegara Barat, 34-13103 di Jalan Matraman Raya (samping pom Shell), dan 34-13102 di Jalan Matraman Raya (di sebelah Gramedia). Dengan cara itu, pemerintah berharap bisa memprediksi kebutuhan Premium.

Program yang dirilis pemerintah pada April lalu itu nanti akan dipakai sebagai rujukan untuk program pengendalian penggunaan bensin bersubsidi. Program ini dipilih karena pemerintah tak mau menaikkan harga Premium. Padahal pemakaian Premium dan solar untuk angkutan selalu melampaui jatah dari tahun ke tahun. Pada 2010, misalnya, realisasi konsumsi tercatat 39,2 juta kiloliter, melebihi kuota 38,5 juta kiloliter. Per November tahun ini, jatah setahun 40,49 juta kiloliter sudah ludes.

Direktur Utama PT Pertamina Karen Agustiawan mengungkapkan, pada saat pesta olahraga se-Asia Tenggara (SEA Games) dan Konferensi Tingkat Tinggi Asean berlangsung, November…

Keywords: -

Rp. 15.000