Prabangkara
Edisi: 41/40 / Tanggal : 2011-12-18 / Halaman : 170 / Rubrik : CTP / Penulis : Goenawan Mohamad , ,
Dahulu, di Majapahit, seorang pelukis diperintah Raja Brawijaya membuat potret sang Permaisuri. Hasilnya menakjubkan. Ratu Mas Andarawati seakan-akan berpindah ke kertas itu.
Prabangkara memang dikenal sebagai juru sungging yang piawai. Brawijaya menyayangi pemuda tampan dan berbakat itu, yang sebetulnya anak kandungnya sendiri dari seorang janda yang ia tiduri di sebuah perjalanan di luar kota. Ketika Baginda datang melihat hasil karya itu, ia termangu-mangu, kagum.
Tapi sesuatu terjadi.
Brawijaya menemukan satu noktah di lukisan itu. Ia naik darah.
Prabangkara gugup dan mencoba menjelaskan: "Mohon maaf, Paduka, tetesan tinta ini belum sempat hamba hilangkan."
Tapi justru bukan kecerobohan yang membuat Raja marah. Noktah itu persis terletak di tempat yang, dalam keyakinan Baginda, hanya dia yang tahu. Babad Jaka Tingkir menuliskan ungkapan Brawijaya dengan tembang dalam metrum sinom:
jroning kën-nya yayi dëwi
punang as ana cirinya
andheng-andhengira wilis.
(Dalam kain permaisuriku,
'asâ-nya ada cirinya,
yakni tahi lalat warna hijau tua).
Raja memakai kata "as", mungkin untuk…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Xu
1994-05-14Cerita rakyat cina termasyhur tentang kisah percintaan xu xian dengan seorang gadis cantik. nano riantiarno…
Zlata
1994-04-16Catatan harian gadis kecil dari sarajevo, zlata. ia menyaksikan kekejaman perang. tak jelas lagi, mana…
Zhirinovsky
1994-02-05Vladimir zhirinovsky, 47, banyak mendapat dukungan rakyat rusia. ia ingin menyelamatkan ras putih, memerangi islam,…