Sandiwara Di Paviliun Anggrek

Edisi: 47/40 / Tanggal : 2012-01-29 / Halaman : 32 / Rubrik : NAS / Penulis : Anton Septian, Wahyu Dhyatmika, Setri Yasra


SUARA Mindo Rosalina Manulang bersipongang di satu sudut Rumah Tahanan Perempuan Pondok Bambu, Jakarta Timur, suatu siang pada Mei lalu. "Hei, kau kerja buat aku, ya? Kau dibayar berapa?" kata Rosa kepada seorang narapidana yang lewat.

Di penjara, narapidana yang masa hukumannya segera berakhir biasa bekerja untuk narapidana lain. Mereka disebut korve. Ditanya Rosa, sang korve menjawab ia dibayar Rp 30-50 ribu setiap pekan. "Cuma segitu?" Rosa bertanya, lalu melanjutkan, "Aku kasih tiga kali lipat, ya. Rp 150 ribu." Tanpa pikir panjang, korve perempuan itu mengangguk.

Seorang penghuni Pondok Bambu yang sering berhubungan dengan Rosa menyebutkan terpidana perkara suap proyek Wisma Atlet SEA Games XXVI Palembang itu membayar upah sang korve dua bulan kemudian. Si korve bingung karena Rosa hanya membayar Rp 50 ribu per pekan—bukan Rp 150 ribu yang dijanjikan. "Kok, cuma segini, Kak?" kata dia, ditirukan penghuni itu, Kamis pekan lalu. Menurut dia, Rosa menjawab enteng, "Memang segitu kan biasanya."

Dikenal tak banyak bederma kepada sesama napi, satu-dua hari menjelang Natal, sekonyong-konyong bekas Direktur Pemasaran PT…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?