Berlinale, Edwin, Dan Ragunan

Edisi: 52/40 / Tanggal : 2012-03-04 / Halaman : 56 / Rubrik : LAY / Penulis : Seno Joko Suyono, Ging Ginanjar,


Apa yang menggugah dari film yang separuh syutingnya dibuat di Kebun Binatang Ragunan ini? Bagaimana posisinya di tengah film Italia, Jerman, Cina, dan Prancis, yang juga bertanding dalam seksi kompetisi? Dan apa saja film Indonesia yang tampil di seksi lain Berlinale? Ikuti liputan Tempo dari Berlin.

-------------------

Jemari puluhan fotografer sigap mengklik tombol kamera begitu Edwin menjejak karpet merah Berlinale Palast, Potsdamer Platz, Berlin, dengan menggendong anaknya, Jiri, yang masih berusia dua tahun. Mereka meminta lelaki 33 tahun itu lebih mendekat. Jiri terlihat mendekap sebuah boneka beruang. Beruang-beruangan tersebut pemberian Dieter Kosslick, Direktur Berlinale.

Sore 15 Februari lalu, angin musim dingin berembus kencang di Berlin. Eropa masih mengalami cuaca ekstrem. Sungai-sungai beku. Udara minus beberapa derajat Celsius. Terasa menggigilkan. Namun sore itu merupakan peristiwa bersejarah bagi perfilman Indonesia. Sebuah film Indonesia secara terhormat masuk seksi kompetisi. Postcards from the Zoo karya Edwin bersaing dengan 17 film dunia lainnya merebut penghargaan tertinggi, Golden Bear.

Dengan topi hitam khasnya, Dieter Kosslick menyambut hangat rombongan Indonesia. Edwin didampingi pemain utama Nicholas Saputra dan Ladya Cheryl serta kru Zoo: Sidi Saleh (penata kamera), Wahyu Tri Purnomo (penata suara), dan Meiske Taurisia serta Kemal Arsjad (produser). Dari BMW hitam lain juga muncul mengawal Edwin ke karpet merah: Lalu Rois Amriradhiani, pegiat festival film; M. Abduh Azis, Ketua Panitia FFI 2011; Duta Besar Indonesia di Jerman Eddy Pratomo;, Dirjen Nilai Budaya, Seni, dan Film Ukus Kuswara; serta istri dan mertua Edwin, Marsillam Simandjuntak.

Udara dingin terasa terkalahkan oleh rasa bangga menyaksikan puluhan jurnalis mengabadikan momen itu.


l l l
Meskipun Edwin tak meraih Golden Bear, apresiasi datang dari mana-mana. Sehari sesudah pemutaran, Berliner Zeitung, salah satu koran terbesar di Berlin, memuji film Edwin. Demikian juga Screen, majalah resmi untuk festival, dan Hollywood Reporter.

Golden Bear jatuh ke Caesar Must Die, karya sutradara kakak-adik Paolo dan Vittorio Taviani. Taviani bersaudara kita kenal sebagai sutradara kawakan Italia peraih Palem Emas di Cannes 1977 untuk film Padre Padrone. Dewan juri Berlinale kali ini dipimpin sutradara kawakan Inggris, Mike Leigh.

Sebagai pemenang Silver Bear (Jury Grand Pix), Mike Leigh dan kawan-kawan memilih film Just the Wind karya sutradara Hungaria, Bence Fliegauf. Sutradara terbaik jatuh ke Christian Petzold dari Jerman lewat film Barbara. Aktor terbaik adalah Mikkel Boe, pemeran film Denmark, Royal Affair. Dan aktris terbaik Rachel Mwanza dari Kongo dalam film War Witch.

Selama ini Berlinale terkenal dengan film politik. Kita ingat Zhang Yimou melejit ke dunia internasional setelah karyanya, Red Sorghum, meraih Golden Bear pada 1987. Ada kritik, selama kepemimpinan Dieter Kosslick, film-film makin dibebani eksperimentasi artistik dan semakin idealistis. Tapi juga ada yang melihat Kosslick memasukkan film-film yang cukup berselera umum.

Namun, kita lihat, film yang masuk seksi kompetisi kebanyakan film dengan dramaturgi dan struktur yang tak lazim. Film dengan plot, konflik, dan titik-titik klimaks yang…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Saat Perempuan Tak Berdaya
2007-12-16

Tidak ada senyum, apalagi keceriaan. tidak ada pula musik yang terdengar di film ini. dari…

P
Perjamuan Da Vinci
2006-05-28

Bermula dari novel, lalu bermetamorfosis ke dalam film. di kedua bentuk itu, the da vinci…

Y
YANG KONTROVERSIAL
2006-05-28

Dan brown mengemukakan teori bahwa yesus mempercayai maria magdalena sebagai pemangku ajaran kristiani yang utama,…