Aksara

Edisi: 04/41 / Tanggal : 2012-04-01 / Halaman : 138 / Rubrik : CTP / Penulis : Goenawan Mohamad , ,


Indonesia, 2012. Seorang buruh bangunan duduk beristirahat sebentar di dekat gundukan pasir, bersandar di tiang pancang yang baru didirikan. Ia mengeluarkan sesuatu dari saku bajunya yang penuh bercak tanah: sebuah telepon seluler.

Ia tak menekan satu nomor buat berbicara. Ia mengirim sandek.

Atau sesuatu yang lain: ia menulis satu dua kalimat pada dinding Facebook-nya. Atau membaca 140 karakter pada Twitter-nya.

Dengan kata lain, ia berhubungan dengan mereka yang jauh dari gundukan pasir itu—entah siapa—dengan huruf.

Bagi saya, yang hanya satu dasawarsa yang lalu tak pernah menyaksikan adegan seperti itu—ketika telepon sebuah kemewahan yang tak akan dimimpikan seorang tukang batu—ada kegembiraan tersendiri memandangi si buruh bangunan. Tentu karena ia kini bisa punya akses lebih gampang buat mencapai wilayah yang lebih luas dengan orang lain. Tapi bukan hanya karena teknologi itu saya merasa bersenang hati. Adegan itu menunjukkan sebuah perkembangan yang dulu dengan cemas diharapkan oleh pembawa ide "kemajuan" sejak generasi Kartini di akhir abad…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

X
Xu
1994-05-14

Cerita rakyat cina termasyhur tentang kisah percintaan xu xian dengan seorang gadis cantik. nano riantiarno…

Z
Zlata
1994-04-16

Catatan harian gadis kecil dari sarajevo, zlata. ia menyaksikan kekejaman perang. tak jelas lagi, mana…

Z
Zhirinovsky
1994-02-05

Vladimir zhirinovsky, 47, banyak mendapat dukungan rakyat rusia. ia ingin menyelamatkan ras putih, memerangi islam,…