Karen Agustiawan, Direktur Utama Pt Pertamina: Transportasi Masih Akan Tergantung Bbm
Edisi: 06/41 / Tanggal : 2012-04-15 / Halaman : 124 / Rubrik : WAW / Penulis : Wahyu Muryadi, Qaris Tajudin, Retno Sulistyowati
TAK tergambar tanda-tanda kelelahan di wajah Karen Agustiawan. Juga pada gerak tubuhnya. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) ini terlihat segar. Ia tampil cantik dengan sapuan makeup yang tak berlebihan, dengan dandanan rambut rapi. Padahal malam sebelumnya ia harus menghadiri rapat hingga hampir tengah malam. "Silakan," ujarnya ramah. Di teÂngah-tengah pembicaraan, Karen meminta kopi. "Yang tadi baru aku minum sedikit," katanya. "Sudah disuruh masuk (untuk wawancara dengan Tempo)."
Pagi itu, Kamis pekan lalu, Karen menerima Wahyu Muryadi, Qaris Tajudin, Retno Sulistyowati, Purwani Diyah Prabandari, ÂMuchamad Nafi, dan Gustidha Budiartie dari Tempo di sebuah ruang rapat di lantai 3 Gedung Utama Kantor Pusat Pertamina di kawasan Gambir, Jakarta. Ia menjelaskan banyak hal, termasuk soal konversi bahan bakar minyak ke gas, soal rencana Pertamina hingga 2025, dan beberapa kasus yang tengah menjadi sorotan. Karen, yang belum lama menempati urutan pertama dalam daftar 50 Pebisnis Wanita Asia Paling Berpengaruh versi majalah Forbes, begitu bersemangat. Suaranya lantang.
Ia juga berbicara soal kasus Ekaputra.
Pada edisi 9-15 Januari 2012, majalah Tempo menurunkan laporan Investigasi berjudul "Akrobat Pintu Belakang Ekaputra". Laporan yang juga dimuat di Koran Tempo itu, menyoroti proses sewa-menyewa Ekaputra, tanker LNG raksasa milik PT Humpuss Intermoda Transportasi, berbuntut perselisihan antara media ini dan PT Pertamina.
PT Pertamina merasa dirugikan dan tidak nyaman dengan penggunaan sejumlah kata yang dinilai tendensius dan ditengarai tidak sesuai dengan fakta. Misalnya ada kata "akal bulus", "muslihat", "bawah meja", "kongkalikong", "patgulipat", dan lain-lain. Karena itu, sesuai dengan rekomendasi Ombudsman Tempo dan hasil mediasi di Dewan Pers, dengan ini majalah Tempo dan Koran Tempo menyampaikan permintaan maaf kepada Pertamina atas dampak yang ditimbulkan. "Atas penggunaan kata-kata tersebut, kami minta maaf," ujar Pemimpin Redaksi Majalah Tempo Wahyu Muryadi, yang juga mewakili Koran Tempo.
Wawancara ini sekaligus merupakan bagian dari hak jawab.
Bagaimana soal kasus "Akrobat Pintu Belakang Ekaputra"?
Bagi saya, jangan aksi korporasi yang sudah disepakati di Dewan Direksi dan menguntungkan buat Pertamina itu dipertanyakan pihak lain. Bagi saya jelas, kalau itu menguntungkan, dan kami diskusikan, kami ambil. Sudah kami kalkulasi risikonya. Tapi, kalau Pertamina masih terus digonjang-ganjing dari luar, saya yakin Pertamina tidak akan maju.
Ini baru Ekaputra. Bagaimana kalau, misalnya, Exxon dry hole US$ 200 juta di Sulawesi? Kalau ini terjadi di Pertamina, jelas-jelas akan dibilang merugikan negara. Kami bisa masuk KPK. Mindset seperti ini yang merusak di masyarakat. Kalau bisnis tidak rugi saja dibilang merugikan. Padahal, kalau uang masuk ke Pertamina, balik-baliknya dividen, dan itu masuk negara. Makanya saya terkejut sekali ketika Tempo membuat artikel seperti…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…