Budi Santoso: Pt Dirgantara Indonesia Take Off 2015

Edisi: 08/41 / Tanggal : 2012-04-29 / Halaman : 124 / Rubrik : WAW / Penulis : Purwani Diyah Prabandari, Istiqomatul Hayati, Anwar Siswadi


Lengangnya suasana PT Dirgantara Indonesia, pada awal pekan yang sibuk, ibarat sisa-sisa "tidur panjang" setelah perseroan ini runtuh menyusul krisis ekonomi pada 1997. Dilahirkan oleh B.J. Habibie—sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi—pada era Soeharto dengan nama Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN), di masa jayanya industri ini pernah amat dibanggakan Indonesia. Sampai kini IPTN, yang beralih nama menjadi PT Dirgantara Indonesia, atau disingkat PT DI, tercatat sebagai satu-satunya industri dirgantara di Asia Tenggara.

Tempo memasuki kompleks PT Dirgantara di Bandung itu pekan lalu dan segera menemukan gedung-gedung senyap, dengan banyak ruang kosong. "Lha, ini kan kompleks untuk 16 ribu orang, dan sekarang hanya ada 3.000-an," Direktur Pengembangan Bisnis dan Teknologi PT DI Dita Ardonni Jafri menjelaskan.

Setelah pemerintah menghentikan bantuan pada 1997, PT DI ambruk. Utangnya bertumpuk, kantongnya kosong, tak ada pekerjaan. Ribuan karyawan diberhentikan. PT DI bahkan sempat dipailitkan oleh Pengadilan Niaga di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, meski putusan itu kemudian dibatalkan.

Upaya bertahan dilakukan melalui bermacam cara: memproduksi alat pembuat panci, memperbaiki pesawat bekas, menjual komponen pesawat, hingga "menyewakan" tenaga kerja profesional mereka ke industri serupa di luar negeri.

Pada awal 2012, PT Dirgantara mencatat langkah baru: mengirim empat CN-235, pesanan pemerintah Korea Selatan. Mereka juga merampungkan tiga CN-235 pesanan TNI Angkatan Laut dan 24 heli Super Puma, yang diorder Eurocopter. Kerja sama dengan Korea Selatan membuat pesawat tempur, melalui program KF-X, yang menelan biaya US$ 8 miliar, sedang digegaskan. Dan, pekan lalu, PT DI membuhul kerja sama mengembangkan pasar Asia-Pasifik dengan Airbus Military, anak perusahaan Airbus.

Alhasil, angin segar pelan-pelan berembus, membangunkan kembali industri ini dari mati suri. Jadwal kerja Direktur Utama PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso menjadi jauh lebih padat. Toh, dia menyempatkan diri menerima wartawan Tempo Purwani Diyah Prabandari, Istiqomatul Hayati, Anwar Siswadi, serta fotografer Aditya Herlambang Putra di kantornya pada Selasa pekan lalu. Dita…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…