Balada Wilhelmus Di Negeri Walanda

Edisi: 10/41 / Tanggal : 2012-05-13 / Halaman : 42 / Rubrik : NAS / Penulis : Kartika Candra , Bunga Manggiasih,


DI balik pantalon dan kemeja biru donker, tubuh laki-laki itu kurus dan rapuh. Di usia 65 tahun, matanya tak lagi awas, tangannya bergetar ketika mengajak Tempo bersalaman di ambang pintu kantor Indonesian Migrant Workers Union di Rotterdam, Belanda. "Wilhelmus, panggil saja begitu," kata laki-laki asal Jawa Barat itu.

Dia menolak menyebut nama asli. Setelah duduk, laki-laki itu baru bercerita kenapa ia hidup di Belanda dalam samaran. Ia baru bersaksi untuk bekas majikannya yang sudah meninggal, orang Suriname pemilik pabrik makanan. Si majikan dituduh bersalah karena perusahaannya ilegal dan mempekerjakan imigran gelap.

Jaksa mengajukan Wilhelmus sebagai saksi memberatkan. Hidupnya kini terancam karena diburu sejumlah anak buah bekas majikannya. Ancaman juga datang dari pemerintah Belanda, yang bersiap menangkap para imigran gelap. Parlemen Negeri Kincir Angin yang kini dikuasai kelompok konservatif itu sedang merancang undang-undang tentang imigran gelap.

Sementara dulu para imigran ilegal yang tertangkap langsung dideportasi, jika rancangan itu disetujui, mereka akan disidangkan lebih dulu, didenda 3.800 euro atau dibui empat bulan. Vonis itu…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?