Malang-melintang Duit Hambalang

Edisi: 14/41 / Tanggal : 2012-06-10 / Halaman : 34 / Rubrik : LAPUT / Penulis : BS, Anton Septian, Rusman Paraqbueq


SETENGAH tahun di Lembaga Pemasyarakatan Cipinang, Jakarta Timur, Muhammad Nazaruddin masih flamboyan. Tetamu harus menunggu buat menemui mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu. Sejumlah tamping—akronim dari tahanan pendamping—lebih dulu menyiapkan ruang di lantai dua. Begitu ruangan siap, tuan rumah akan dijemput dari selnya di Blok B.

Dua kali ke Cipinang, beberapa waktu lalu, Tempo menunggu kedatangan sang bendahara sekitar satu jam. Ketika dia muncul, tahanan yang mengawalnya tetap: Andhika Gumilang. Suami Malinda Dee, terdakwa pembobol Citibank, itu tampil garang dengan rambut cepak, tangan penuh tato, dan lengan bajunya dilipat tinggi. Nazaruddin necis: rambutnya dipotong rapi, tubuhnya ditutup kemeja batik lengan panjang dan pantalon berbahan kain. Sebagai alas kaki: sandal Crocs.

Dalam dua jam lebih pertemuan, Nazaruddin menceritakan proyek pembangunan pusat olahraga di Bukit Hambalang, Bogor, Jawa Barat. Ia bertutur dengan detail. Lelaki 34 tahun ini sama sekali tak pernah berpikir lama sebelum berbicara. Termasuk ketika Tempo memintanya menggambar denah tempat beberapa pertemuan yang dia ceritakan. "Sejak awal saya ditugasi Ketua Fraksi membantu mengurus proyek ini," ujarnya.

Pada awal 2010, ketika rencana proyek Hambalang dibahas, Nazaruddin adalah bendahara Fraksi Partai Demokrat Dewan Perwakilan Rakyat. Ketuanya Anas Urbaningrum. Sejumlah kolega di Dewan–Angelina Sondakh, Mirwan Amir, Mahyuddin, dan Ignatius Mulyono—disebut Nazar aktif mengurus proyek ini. Ia juga menunjuk Menteri Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng serta Sekretaris Kementerian Wafid Muharam. Semua nama itu populer setelah terbongkarnya skandal suap proyek Wisma Atlet SEA Games XXVI di Palembang, tahun lalu.

Pembuka pintu proyek Hambalang, menurut Nazar, adalah pertemuan di lantai 10 kantor Kementerian Olahraga pada awal 2010. Dia bersama Angelina dan ­Mahyuddin menemui Andi. Tetamu punya misi: melempangkan pembahasan anggaran. Caranya, meminta Andi menunjuk Wafid, yang telah lebih dulu "digarap", sebagai penghubung kantor Kementerian Olahraga dengan Komisi X Dewan. Misi ini sukses pada setengah jam terakhir dari tiga jam pertemuan.

Setelah pertemuan ini, Angelina dan Wafid aktif bertemu. Hasil rapat selalu dilaporkan ke Anas di ruang Ketua Fraksi. Nazar selalu hadir di situ. Cuma, tetap ada masalah untuk proyek Hambalang, yakni soal tanah yang belum bersertifikat. "Waktu itu Mas Anas tanya: bagaimana solusinya?" kata Nazar.

Anas lalu memanggil Ignatius Mulyono. Pada periode 2004-2009, Mulyono adalah koordinator Badan Anggaran di Komisi II, yang membidangi pertanahan. Menurut Nazar, Mulyono bilang soal tanah urusan gampang. Sebab, Kepala Badan Pertanahan Nasional Joyo Winoto disebutnya memiliki "keperluan" dengan Dewan, antara lain soal Rancangan Undang-Undang Pertanahan. "Mas Anas tanya: gimana Pak Ignatius langkahnya? Dijawab: mau Ketua Fraksi gimana?"

Nazar mengatakan Anas minta Mulyono mengatur pertemuan dengan Joyo. Perjamuan dilakukan pada siang pekan berikutnya di Restoran Nippon Kan, Hotel Sultan, Jakarta. Anas, Joyo, Mulyono, dan Nazar memesan ikan untuk porsi bersama. Sebelum makan, Nazar dan Anas sempat melakukan salat…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…