Yang Makmur Di Tanah Tandus

Edisi: 20/41 / Tanggal : 2012-07-22 / Halaman : 60 / Rubrik : SEL / Penulis : Syari Fani , Kink Kusuma Rein.,


DI Bantaeng, Sulawesi Selatan, hiduplah kelompok-kelompok petani yang berhasil membebaskan daerah itu dari kemiskinan panjang, serta jeratan rentenir dan tengkulak. Terobosan itu bermula pada 2008, tatkala badan usaha milik desa dibentuk di seluruh kabupaten itu untuk membantu petani. Mereka dipandu mengenali tanah lebih dekat, sehingga lahan tandus pun bisa diolah menjadi sumber ekonomi yang gurih. Penghargaan datang silih berganti hingga ke tingkat nasional. Akhir Juni lalu, Bantaeng kembali naik panggung, menerima Otonomi Awards 2012. Siapa saja "otak" di balik transformasi tersebut? Inilah laporan wartawan Tempo Syari Fani bersama fotografer Kink Kusuma Rein.

Di tengah kebun yang rimbun, Amiruddin tegak dengan sekujur tubuh berlumur tanah. Topi hitamnya menyembul, mirip noktah gelap di tengah hamparan luas-hijau. Petani talas di Desa Tanah Loe, Kabupaten Bantaeng, itu sedang membersihkan kebunnya dari rumput liar. "Tahun ini curah hujan bagus sekali, semoga bisa panen dalam empat bulan," katanya kepada Tempo.

Sudah dua tahun ini Amir menanam talas jenis satoimo, dan bisa panen dua kali setahun. Dalam satu musim cabut talas, pria ini bisa mengumpulkan satu ton dari kebun satu hektare itu. Satu kilogram talas dihargai Rp 5.000. "Ya, uangnya lumayan untuk (membayar) sekolah anak," ujarnya.

Kami berjumpa dengan Amiruddin dua pekan lalu, saat Tempo berkunjung ke beberapa desa di daerah ini. Topografi Bantaeng berpunggung Gunung Lompobattang dan ada pantai sebagai "halaman depan"-nya. Kebun Amiruddin agak di lereng. Dari situ, kami melanjutkan perjalanan ke Desa Botolojong di area lebih tinggi. Pemandangan beralih dari lautan daun talas ke pohon apel yang tengah berbunga.

Di situ kami bertemu dengan Muhammad Tahir, petani apel, yang sedang menggugurkan daun agar pohon lebih cepat berbuah. Kebunnya berundak-undak, dipenuhi pohon apel jenis Rome beauty. Buahnya hijau dengan semburat halus berwarna merah. "Bibit pertamanya kami dapat dari Malang, saat studi banding di sana. Sekarang semua bibit sudah kami buat sendiri," ujarnya. Matahari bulan Juni membikin keringatnya mengalir deras, tapi wajah Tahir berseri-seri tatkala matanya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

Z
Zhirinovsky, Pemimpin dari Jalanan
1994-05-14

Vladimir zhirinovsky, ketua partai liberal demokrat, mencita-citakan terwujudnya kekaisaran rusia yang dulu pernah mengusai negara-negara…

J
Janji-Janji dari Nigeria
1994-03-12

Di indonesia mulai beredar surat-surat yang menawarkan kerja sama transfer uang miliaran rupiah dari nigeria.…

N
Negeri Asal Surat Tipuan
1994-03-12

Republik federasi nigeria, negeri yang tak habis-habisnya diguncang kudeta militer sejak merdeka 1 oktober 1960.…