Monumental Tapi Mahal

Edisi: 22/41 / Tanggal : 2012-08-05 / Halaman : 94 / Rubrik : LAPUT / Penulis : Akbar Tri Kurniawan, Agus Supriyanto, Fatkhurrohman Taufiq,


Polemik rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda juga mencuat di kalangan cendekiawan. Pada akhir Agustus tiga tahun lalu, misalnya, beberapa dosen Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya sepakat menolak pembangunan jembatan terpanjang di kolong langit itu. "Risikonya tinggi dan butuh biaya mahal," kata Herman Wahyudi, guru besar teknik sipil ITS, kepada Tempo, Kamis pekan lalu.

Penolakan bahkan telah disampaikan mantan Rektor ITS Priyo Suprobo dalam diskusi bersama sejumlah menteri. Menurut Herman, jembatan lebih berorientasi daratan ketimbang maritim. "Padahal Indonesia negara kepulauan."

Ketimbang membangun jembatan gantung sepanjang 29 kilometer, menurut Herman, lebih baik mengembangkan pelabuhan di Merak dan Bakauheni. Membangun jembatan butuh dana Rp 100 triliun, sedangkan pela­buhan cukup Rp 10 triliun.

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) tak sependapat. Joko Priyo…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

W
Willem pergi, mengapa Sumitro?; Astra: Aset nasional
1992-08-08

Prof. sumitro djojohadikusumo menjadi chairman pt astra international inc untuk mempertahankan astra sebagai aset nasional.…

Y
YANG KINI DIPERTARUHKAN
1990-09-29

Kejaksaan agung masih terus memeriksa dicky iskandar di nata secara maraton. kerugian bank duta sebesar…

B
BAGAIMANA MEMPERCAYAI BANK
1990-09-29

Winarto seomarto sibuk membenahi manajemen bank duta. bulog kedatangan beras vietnam. kepercayaan dan pengawasan adalah…