Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi: Kondom Mengurangi Mudarat
Edisi: 24/41 / Tanggal : 2012-08-19 / Halaman : 140 / Rubrik : WAW / Penulis : Andari Karina Anom, Dwi Wiyana,
NAFSIAH Mboi, 72 tahun, dilantik menjadi Menteri Kesehatan pertengahan Juni lalu. Ia menggantikan Endang Sedyaningsih, yang meninggal saat masih menjabat. Nama Nafsiah telah berulang kali beredar di bursa calon menteri. Banyak yang menganggapnya layak menjadi menteri. Termasuk kami, yang memasukkannya ke kabinet pilihan Tempo tahun 2009.
Bagi Nafsiah, menjadi Menteri Kesehatan ibarat pulang ke rumah yang telah dihuninya selama 35 tahun. Ya, dokter spesialis anak ini menjadi pegawai negeri sipil di departemen itu sejak 1964 sampai pensiun pada 1998. "Ternyata nenek-nenek bisa juga jadi menteri," kata Menteri Kesehatan tertua sedunia itu, tertawa.
Dia pernah menjadi Direktur Departemen Gender dan Kesehatan Perempuan di Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan terakhir sebagai Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Nasional. Namun tugas-tugas Menteri Kesehatan tak pelak membuatnya lebih disorot publik. Hari-hari pertama menjabat, ia sudah "diomeli" banyak orang. Kantornya pun digeruduk demonstran. Mereka menghujat pernyataan Nafsiah soal kondom untuk generasi muda. Niat Bu Menteri memang mengurangi penularan human immunodeficiency virus/acquired immunodeficiency syndrome (HIV/AIDS) dan penyakit menular lain. Namun banyak kelompok agama dan pendidik yang menuduh Nafsiah mendukung seks bebas. Salah satu spanduk demonstran bahkan menyebutnya "menteri cabul".
Untuk mengetahui apa yang dimaksudkan Nafsiah, wartawan Tempo Andari Karina Anom dan Dwi Wiyana mewawancarainya selama dua jam lebih di kantor Kementerian Kesehatan, Kuningan, Jakarta Selatan. Ia menjawab semua pertanyaan dengan berapi-api layaknya seorang aktivis, tapi tetap berhati-hati. Terutama menyangkut soal sensitif, seperti agama.
Rencana Anda memberikan kondom untuk anak muda menuai kontroversi karena dianggap mendukung seks bebas.
Apa yang kami lakukan adalah membela kesehatan masyarakat. Walaupun di hulu kita sudah memberikan informasi, pendidikan moral, agama, dan ketahanan keluarga, nyatanya mereka tetap melakukan seks berisiko. Maka, untuk mengurangi dampak buruknya, ada pilihan: kau berhenti melakukannya atau kau melakukan tapi pakai kondom. Pernyataan ini kemudian diinterpretasikan bahwa saya kasih kondom kepada generasi muda. Meski ada generasi muda yang perilaku seksnya berisiko, tindakan pertama kami jelas bukan memberikan kondom.
Jadi, apa tindakan awal mencegah seks berisiko?
Di Kementerian Kesehatan, ada yang disebut ABAT, Aku Bangga Aku Tahu. Itu kampanye untuk meningkatkan pengetahuan. Namun pengetahuan saja tidak cukup. Tetap harus terus-menerus dilakukan pendidikan agama, moral, dan kesehatan reproduksi. Tapi semua itu ada di hulu dan bukan menjadi tanggung jawab Kementerian Kesehatan, melainkan tanggung jawab Kementerian Pendidikan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…