Bangkrut Dan Terbuang Ke Suriname
Edisi: 25/41 / Tanggal : 2012-08-26 / Halaman : 82 / Rubrik : LAPSUS / Penulis : Tim Lapsus, ,
ERNEST François Eugène Douwes Dekker buru-buru menghubungi Residen Priangan M.F. Tijdeman, Jumat, 24 Juli 1936. Dia kesal dan ingin bertemu untuk menyampaikan protes. Hari itu, berbekal surat perintah kejaksaan, Kepala Intelijen Politik Bandung mendatangi Ksatrian Instituut dan menyita naskah-naskah tentang sejarah Asia Timur yang ditulis DDâpanggilan Douwes Dekker.
Keduanya baru bertemu keesokan paginya. Dalam pertemuan yang diikuti Johanna Petronella Mossel itu, Tijdeman mengaku telah membaca naskah tersebut. Dia tertarik dan tak keberatan jika catatan itu diajarkan di kelas.
Tapi, semua berubah ketika catatan itu telah keluar dalam bentuk buku. "Dia (Tijdeman) tak bisa berbuat apa-apa karena Jaksa Agung telah menuntut," kata Johanna dalam suratnya empat hari kemudian kepada E. Gobee, kolega Douwes Dekker, yang juga penasihat pemerintah untuk urusan pribumi.
Babak baru perseteruannya dengan pemerintah kolonial itu bermula beberapa waktu sebelumnya, ketika Douwes Dekker, yang bermaksud tak mau lagi mencari masalah, mengirim naskah-naskah yang telah dan akan dipakai oleh Ksatrian Instituut kepada Tijdeman. Termasuk di antaranya bagian pertama buku tentang sejarah Asia Timur.
Semua berlanjut hingga Juli 1936, ketika ulasan tentang Asia Timur dikirimkan kepada 20-an surat kabar berbahasa Melayu dan Cina-Melayu. Salinan gratis juga dikirimkan ke departemen pemerintah, seperti Kantor Pendidikan dan Kejaksaan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Ini Keringanan atau Deal yang Rasional?
1994-02-05Setelah mou ditandatangani, penggubah lagu pop rinto harahap akan diakui kelihaiannya dalam bernegosiasi perkara utang-piutang.…
Modifikasi Sudah Tiga Kali
1994-02-05Perundingan itu hanya antara bi dan pt star. george kapitan bahkan tidak memegang proposal rinto…
Cukup Sebulan buat Deposan
1994-02-05Utang bank summa masih besar. tapi rinto harahap yakin itu bisa lunas dalam sebulan. dari…