'yul, Bantulah Kami,' Kata Suu Kyi

Edisi: 42/21 / Tanggal : 1991-12-14 / Halaman : 62 / Rubrik : SEL / Penulis :

Wartawan TEMPO Yuli Ismartono adalah teman kuliah Aung San Suu Kyi ketika
keduanya kuliah di India. Berikut tulisan Yuli tentang sahabatnya yang
mendapat hadiah Nobel Perdamaian itu.

; PERKENALANKU pertama dengan Aung San Suu Kyi terjadi pada 1963 di New Delhi,
India, dalam suatu resepsi perayaan HUT Kemerdekaan RI di Wisma Indonesia.
Saya sedang menikmati makanan kecil ketika ibu saya memanggil. Ibu
memperkenalkanku dengan seorang wanita setengah baya, berpakaian lungyi,
pakaian tradisional Burma. Ia didampingi seorang gadis berbadan tinggi,
langsing, juga memakai baju tradisional. "Ini Nyonya Aung San Khin Kyi, duta
besar Birma, dan ini anaknya Suu Kyi," kata Ibu. Daw (Nyonya) Khin Kyi seorang
yang ramah. "Wah, bagus sekali. Sekarang Suu Kyi punya teman baru," katanya
dengan senyum.

; Kesan pertamaku ketika itu, Suu Kyi bukan seorang yang hangat. Kendati ramah
dan senang mengobrol, selayaknya seorang anak diplomat, ia tampaknya sangat
serius dan angkuh. Bagi seorang remaja, omongannya terlalu intelektual,
menurut saya waktu itu. Setelah mengenalnya lebih lanjut, ternyata sikapnya
itu tak dibuat-buat. Kehidupannya sehari-hari memang dipenuhi dengan
bacaan-bacaan yang serius. Ia jarang berfoya-foya seperti gadis seumurnya.

; Suu Kyi berada di India untuk menemani ibunya, yang diangkat menjadi duta
besar pemerintah Burma sejak tahun 1960. Waktu itu ia berusia 18 tahun dan
selesai sekolah tingkat lanjutan atas di Methodist School di Rangoon. Ia
sedang menyiapkan untuk ikut ujian General Certificate of Examination, yang
diberikan oleh Universitas Cambridge di Inggris. Sertifikat tersebut syarat
utama bagi semua yang berminat belajar di universitas Inggris. "Saya ingin
sekali masuk Oxford," ia mengatakan, ketika kami mulai mengobrol tentang
tujuan kami masing-masing. Kebetulan,…

Keywords: -

---

Foto Terkait