Obituari 1993

Edisi: 45/23 / Tanggal : 1994-01-08 / Halaman : 78 / Rubrik : OBI / Penulis :


GORDON TOBING TAHUN 1950, presiden pertama RI, Ir. Soekarno, terpukau melihat penampilan seorang penyanyi. Dengan suara tenor, pria itu mendendangkan lagu Batak Lisoi sembari memetik gitar. Sejak itu, penyanyi tadi, yang tak lain adalah Gordon Tobing, hampir selalu diundang mengisi acara kesenian di Istana. Belakangan, Gordon bersama grupnya, Impola, selalu serta dalam lawatan Bung Karno ke luar negeri.

Gordon, anak Tapanuli, mendirikan grup vokal Impola, 34 tahun lalu. Nama Impola, yang artinya "inti paling istimewa", memang menjadikan grup ini istimewa pada tahun 1960-an sampai 1970-an. Kelebihannya, selain suara Gordon dan kawan-kawannya yang apik, grup ini mengkhususkan pada lagu-lagu rakyat. Sing Sing So (Batak), Ayo Mama (Ambon), dan Kaparinyo (Minang) adalah lagu-lagu yang populer setelah didendangkan Impola. Lagu-lagu itu sempat masuk dapur rekaman.

Yang paling berkesan dalam lawatannya ke luar negeri, menurut Gordon, adalah saat ia mendapat hadiah gitar dari Presiden Mesir Gamal Abdul Nasser dan dari Presiden Kuba Fidel Castro. Selain itu, masyarakat Jepang juga menyambutnya dengan antusias. Ia bahkan diminta mengajar orang-orang Jepang menyanyi. Tahun 1989, Gordon mendapat anugerah bintang The Order of Sacred Treasure, Gold and Silver Rays dari pemerintah Jepang. Ia dianggap berjasa meningkatkan hubungan kerja sama Indonesia-Jepang.

Sampai menjelang akhir hayatnya, Gordon, yang beroleh dua anak dari istrinya, Theresia Hutabarat dulu menjadi anggota grupnya masih aktif mengajar menyanyi di beberapa kelompok paduan suara. Ia meninggal dalam usia 67 tahun di rumahnya di kawasan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, 13 Januari, karena serangan jantung.

MOHAMMAD NATSIR
KETIKA Republik Indonesia Serikat (RIS) hasil keputusan Konferensi Meja Bundar terbentuk tahun 1949, Bung Hatta meminta Mohammad Natsir menjadi Perdana Menteri RI. Namun, Natsir menolak karena ketika itu RI hanya merupakan salah satu negara bagian RIS. Natsir lebih memilih jabatan sebagai Ketua Fraksi Masyumi. Dengan jabatan itu, Natsir malah bergerak untuk mengembalikan Indonesia menjadi negara kesatuan RI. Dan ia memilih langkah yang konstitusional.

Maka, ia pun sibuk mendekati semua fraksi dan mengajak membentuk kembali negara kesatuan. Puncaknya adalah pidato Natsir dalam Sidang Parlemen RIS tanggal 3 April 1950 dengan hasil Mosi Integral Natsir yang ditandatangani semua fraksi. Setelah berbagai proses, akhirnya Presiden Soekarno mengumumkan terbentuknya (kembali) negara kesatuan RI pada tanggal 15 Agustus 1950, yang diproklamasikan dua hari kemudian. Presiden Soekarno kemudian menunjuk Natsir sebagai perdana menteri, dan Natsir tidak menolak jabatan perdana menteri negara kesatuan RI.

Natsir memang tokoh yang tak mau tawar-menawar dalam soal prinsip. Tahun 1951, misalnya, Belanda akan menyerahkan seluruh wilayah RI kecuali Irian Barat. Semua menteri setuju. Hanya Natsir yang menolak dan, sebagai konsekuensinya, ia memilih mundur dari kursi menteri penerangan. Lantas, ketika Bung Karno maju dengan Konsepsi Presiden akan mengubah struktur negara secara keseluruhan Natsir menganggap langkah itu melanggar konstitusi. Ia kemudian bergabung dengan PRRI walau dengan konsekuensi dijebloskan ke penjara. Keikutsertaannya sebagai penanda tangan Petisi 50, besar kemungkinan, juga lantaran sikapnya itu.

Pada zaman pemerintahan Orde Baru, Natsir juga sempat diamankan. Namun, dari balik dinding Rumah Tahanan Militer di Jalan Keagungan, Jakarta, ia siap ketika diminta membantu Ali Murtopo menjalin kembali hubungan diplomatik dengan Malaysia. Ia segera menulis kepada Perdana Menteri Malaysia Tengku Abdul Rahman ketika Malaysia sedang berjuang melawan cengkeraman Inggris. Natsir juga berperan dalam mendatangkan bantuan dari negara-negara Arab. Sebagai salah satu pemimpin Rabithah Alam Islamy, yang ia jabat sampai akhir hayatnya, Natsir menulis surat kepada pemerintah Kuwait, yang akhirnya menyetujui penanaman modal di bidang perikanan laut.

Minggu pagi, 7 Februari, Mohammad Natsir meninggal dunia dalam usia 84 tahun. Pada akhir hayatnya, Natsir tak hanya dikenal sebagai politikus dan negawaran, tapi juga sebagai ulama besar yang banyak dikenal dalam dunia Islam internasional. Ia adalah Wakil Ketua Kongres Muslim Sedunia serta anggota pimpinan Rabithah Alam Islamy dan Dewan Masjid Sedunia. Menjelang akhir hayatnya, Natsir tak henti-hentinya melontarkan resep panjang umurnya: memperbanyak ibadah.

SOEPARDJO ROESTAM
SEBUAH buku berjudul Langkah-Langkah Kecil Kardinah Soepardjo Roestam sempat dihadiahkan Soepardjo Roestam kepada istrinya. Pada hari ulang tahun istrinya itu, 4 April 1993, Soepardjo sedang berbaring di Rumah Sakit MMC Jakarta, dan ia minta seorang anaknya membacakan sajak gubahannya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

M
Melukis itu Seperti Makan, Katanya
1994-04-23

Pelukis nashar yang "tiga non" itu meninggal pekan lalu. tampaknya sikap hidupnya merupakan akibat perjalanan…

P
Pemeran Segala Zaman
1994-04-23

Pemeran pembantu terbaik festival film indonesia 1982 itu meninggal, pekan lalu. ia contoh, seniman rakyat…

M
Mochtar Apin yang Selalu Mencari
1994-01-15

Ia mungkin perupa yang secara konsekuen menerapkan konsep modernisme, selalu mencari yang baru. karena itu,…