Sri Prakash Lohia: Cina Bukan Pesaing Utama Kami
Edisi: 36/41 / Tanggal : 2012-11-11 / Halaman : 120 / Rubrik : EB / Penulis : Dewi Rina, Rosalina,
Sejak tiba di Indonesia 38 tahun lalu, pemimpin perusahaan Grup Indorama, Sri Prakash Lohia, mantap terjun di industri petrokimia. Orang terkaya kedelapan di Indonesia versi majalah Forbes ini membangun pabrik pertamanya di Purwakarta, Jawa Barat. Bermodal awal US$ 10 juta, nilai perusahaan Lohia kini melonjak jadi US$ 7 miliar atau Rp 67,3 triliun. Bisnisnya menggurita di seluruh dunia melalui 20 perusahaan.
Pria keturunan India yang menjadi warga negara Indonesia pada 1985 itu kini membidik pasar Afrika. Ia mendirikan pabrik pupuk urea di benua hitam tersebut. "Karena itu, saya lebih banyak berada di London, agar bisa mengontrol perusahaan dari sana," kata lelaki berusia 60 tahun ini.
Selasa tiga pekan lalu, Lohia menerima jurnalis Tempo Dewi Rina dan Rosalina, serta fotografer Aditia Noviansyah, di kantornya, Wisma Indorama, Jakarta. Didampingi Direktur Keuangan PT Indorama Synthetic Tbk Vishnu Swaroop Baldwa, Lohia menjawab berbagai pertanyaan dalam wawancara yang berlangsung satu jam.
Apa saja bisnis Anda hingga sekarang?
Kami mendirikan pabrik pertama di Purwakarta pada 1974. Pabrik pemintalan benang itu baru mulai berproduksi pada 1975 dengan sekitar 2.000 karyawan. Investasi awal adalah US$ 10 juta. Setelah itu, kami masuk ke bisnis polyester pada 1992, lalu ke polyethylene untuk bahan baku botol seperti Coca-Cola, Pepsi, dan…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…