150 Tahun Debussy: Tafsir Slamet Tentang Debussy

Edisi: 37/41 / Tanggal : 2012-11-18 / Halaman : 120 / Rubrik : MS / Penulis : Nunuy Nurhayati , ,


Duduk di sebuah kursi, Nicolas Stavy hanya terdiam memandangi partitur di pangkuannya. Pianis Prancis itu membiarkan penonton yang memenuhi ruang Teater Salihara, 4 November lalu, penasaran. Selama hampir lima menit Stavy hanya menyuguhkan keheningan sebelum mengejutkan penonton dengan tepukan tangan yang cukup keras. Ia kemudian menepuk-nepuk kedua telapak tangannya, menghasilkan suara yang semakin lama semakin keras.

Tak sedikit penonton yang tertawa kecil ketika lelaki berambut keriting itu malah mengeluarkan suara-suara "aneh" dari mulut dan tenggorokan. Ia mendesis-desis, bersiul, menggeram, dan bersuara seperti orang yang tercekik. "Sstt!" Stavy seolah-olah jengkel dan meminta penonton yang berbisik-bisik mengomentari ulahnya untuk diam.

Stavy lumayan membuat penonton bingung. Maklum, selama ini dia dikenal sebagai seorang virtuoso (pakar) piano yang mahir menafsirkan repertoar klasik dan romantik. Malam itu pun dia sempat memukau penonton dengan kepiawaian jemarinya menari lincah di tuts-tuts piano. Dua komposisi klasik—3 Images ­Oubliées karya Claude Debussy dan Fantaisie milik komponis Jerman, Robert Schumann—ia mainkan tanpa cela. Tapi, di atas panggung, pemenang Kompetisi Chopin di Warsawa, Polandia, pada 2002 itu lebih terlihat sebagai…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14

Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…

N
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21

Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…

A
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21

Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…