Kisah Dari Wilayah Bendera Tiga Bintang Merah

Edisi: 38/41 / Tanggal : 2012-11-25 / Halaman : 122 / Rubrik : INT / Penulis : Pramono,


Di kawasan utara Damaskus hingga perbatasan Suriah dengan Turki, daerah-daerah peperangan menyebar. Tapi pengaruh Tentara Pembebas Suriah (FSA) lebih kuat di sana. Bendera resmi "merah-putih-hitam berbintang dua hijau" digantikan simbol pembebasan—seperti yang digunakan ketika Suriah memerdekakan diri dari Prancis—"hijau-putih-hitam dengan tiga bintang merah". Dalam konflik yang berlangsung hampir 20 bulan ini, pasukan perlawanan yakin, bila sudah berhasil menguasai Aleppo, sasaran berikutnya adalah Ibu Kota, yang berjarak sekitar 300 kilometer ke selatan. Stefanus Teguh Edi Pramono dari Tempo mereportase dari titik-titik panas.

DISTRIK Salaheddin, Kota Aleppo, Suriah, bagai tak bertuan, Sabtu siang dua pekan lalu. Tak ada lagi penduduk yang tinggal di sini. Sebagian gedung jebol, hasil perang hebat sejak Ramadan lalu. Hanya sampah dan reruntuhan bangunan memadati jalan. Cengkeraman musim dingin dalam sebulan terakhir menambah getir kawasan ini.

Menjelang asar, gaung tembakan memecah sepi. Tiga laki-laki menggenggam Kalashnikov berlari dari salah satu markas Tentara Pembebas Suriah di jalan yang saya lewati dua menit sebelumnya. Di dekat Bundaran Salaheddin—luasnya mungkin hanya sepersepuluh Bundaran Hotel Indonesia—ketiganya berbelok ke timur dan menghilang. Kalashnikov kian ramai terdengar.

Dentum mortir meramaikan pertempuran. Ledakannya menggelegar di langit biru kawasan itu. Entah di mana peluru kaliber besar yang dilontarkan pasukan pemerintah Suriah itu mendarat, tapi ledakannya menyayat telinga dan menciutkan nyali. Saya yakin, rompi antipeluru seberat sembilan kilogram yang membebat badan tak berfaedah banyak jika mortir meledak di samping saya.

Melalui radio panggil, Abdul Nasar, yang berjaga 50 meter dari Bundaran Salaheddin, mendengar laporan dari garis depan pertempuran. Ia melarang saya dan Abdo Ibrahim, sopir sekaligus penerjemah saya, melangkah lebih jauh. "Terlalu berbahaya. Ada mortir dan sniper," katanya dalam bahasa Arab.

Seorang gerilyawan berlari ke arah kami. Ia berteriak, temannya terluka. Abdul Nasar memerintahkan rekan di dekatnya menjemput pejuang yang terluka. Dengan kecepatan penuh, mobil pikap yang dikemudikannya berlari di antara reruntuhan gedung. Tak lama, mobil itu kembali ngebut lewat depan kami, menuju Dar al-Shifaa, rumah sakit gawat darurat bagi pasukan penentang Presiden Bashar al-Assad di Aleppo.

Dari arah Bundaran Salaheddin, seorang pemberontak berjalan lamban menyandang dua Kalashnikov. Tangannya menyeret rompi antipeluru yang berlumur darah. Sambil menahan tangis, dia bercerita, temannya terkena ledakan mortir. Belum selesai ia berbicara, ledakan artileri kembali terdengar. Kali ini lebih keras, pertanda jaraknya lebih dekat. Saya dan Abdo memutuskan pergi. Ketika mobil kami keluar dari Salaheddin, saya menoleh ke belakang. Asap hitam mengepul di antara gedung…

Keywords: Liputan Perang SuriahPerang SuriahReportase Perang DamaskusPresiden Bashar al-Assa
Rp. 15.000

Foto Terkait


Artikel Majalah Text Lainnya

J
Jalan Pria Ozon ke Gedung Putih
2007-10-28

Hadiah nobel perdamaian menjadi pintu masuk bagi al gore ke ajang pemilihan presiden. petisi kelompok…

P
Pesan Kematian dari Pazondaung
2007-10-28

Jasad ratusan biksu dikremasi secara rahasia untuk menghilangkan jejak. penangkapan dan pembunuhan biarawan terus berlangsung…

M
Mangkuk Biksu Bersaksi
2007-10-28

Ekonomi warga burma gampang terlihat pada mangkuk dan cawan para biksu. setiap pagi, biksu berke…