Para Yudas Tentara Assad

Edisi: 39/41 / Tanggal : 2012-12-02 / Halaman : 148 / Rubrik : INT / Penulis : Pramono, ,

DELAPAN bulan sudah Housein Hajoule tak mengenakan seragam militer Suriah. Pria 20 tahun asal Kota Homs itu menggantinya dengan jins dan kaus hitam. Housein tetap bertempur tapi bukan untuk mendukung pemerintah Presiden Bashar al-Assad, melainkan buat Tentara Pembebas Suriah. "Saya benci pemerintah," katanya kepada Tempo, Selasa tiga pekan lalu.

Housein mengaku sempat menjalani wajib militer selama dua tahun kurang tiga bulan. Pengakuan Housein, beberapa kali komandannya menyuruh dia menembak penduduk sipil saat perang saudara mulai marak pertengahan tahun lalu. Tak berani melawan komandannya, juga tak mau membunuh warga tak berdosa, akhirnya ia mengarahkan tembakan sedikit ke atas supaya meleset.

Puncak kebencian Housein kepada pemerintah terjadi saat polisi menahan ayahnya, Diab Hajoule. Musababnya, Diab, yang mendukung revolusi Suriah, ketahuan memberikan uang kepada gerilyawan. Tak terima ayahnya yang sudah berusia 72 tahun dipenjara, Housein meneriaki komandannya saat latihan baris-berbaris. "Saya sudah mendukung pemerintah, tapi kenapa ayah saya ditahan," ucapnya. Housein ditahan selama sebulan karena dianggap membangkang.

Setelah keluar dari wajib militer, ia bergabung dengan khatiba-grup gerilyawan-Aaseft al-Shamal alias Badai Utara. Kemampuannya sebagai penembak jitu membuat Housein dijadikan komandan sniper di khatiba itu. Ikut memenangi perang di Azaz, utara Suriah, dia kembali bertempur di Aleppo, kota terbesar di Suriah.

Di Distrik Bustan al-Basha, sejumlah tentara pemerintah yang melakukan desersi juga…

Keywords: Liputan Perang Suriah, Pramono, 

---

Foto Terkait