JOKO WIDODO, SOAL JALAN TOL, SAYA NDAK BISA APA-APA

Edisi: 47/41 / Tanggal : 2013-01-27 / Halaman : 42 / Rubrik : LAPUT / Penulis : TIM LAPUT, ,

SEJAK Joko Widodo menjabat Gubernur Jakarta pada 15 Oktober 2012, semua orang berharap dia seperti tukang sulap: segera menyelesaikan aneka problem utama Ibu Kota. Ia memang bergerak cepat. Seperti tak pernah capek, hampir setiap hari ia blusukan ke kampung-kampung.

Tak hanya di darat. Di dalam mobil saat rehat setelah keliling Jakarta, ia membuka akun Twitter @jokowi_do2. Ratusan gamitan (mention) dia terima, berupa makian ataupun masukan. \"Semua saya baca,\" katanya ketika berkunjung ke kantor Tempo, Senin pekan lalu. Ia hafal akun yang kerap membuat cuit kritik dan komentar pedas tentang rencananya menata Kota Jakarta.

Tak semua soal bisa dengan cepat diputuskan. Jokowi mewarisi Jakarta yang sebagian, dalam istilahnya, \"sudah jalan setengah main\". Selama satu jam lebih, ia menjawab pertanyaan wartawan Tempo yang bertubi-tubi. Beberapa saat setelah terdengar azan magrib, ia segera minta izin melakukan salat.

Setelah tiga bulan, Anda merasa berat jadi Gubernur Jakarta?

Tak seperti yang saya bayangkan. Dulu bayangannya seram. Jakarta seperti rimba belantara, banyak mafia. Ternyata lebih ringan ketimbang di Solo, karena di sini masyarakat dan media mendukung saya. Di Solo, pada awal periode pertama saya, semua kebijakan saya di-voting Dewan.

Tak ada yang melakukan lobi-lobi untuk proyek?

Ya, ada. Yang bisik-bisik, yang telepon-telepon, yang tekan-tekan. Saya sih biasa saja. Saya di Solo delapan tahun biasa ditekan-tekan. Tapi,…

Keywords: -

Rp. 15.000