Bius Iklan Dan Obat Ajaib

Edisi: 49/41 / Tanggal : 2013-02-10 / Halaman : 60 / Rubrik : INVT / Penulis : TIM INVESTIGASI, ,

RAMBUT perempuan itu makin banyak yang rontok. Tulang rahangnya terlihat kian menonjol seiring dengan terus berkurangnya daging yang membalut. Supriyati, perempuan itu, Desember tahun lalu akhirnya menjalani kemoterapi, yang begitu dia takuti.

Kemoterapi itu merupakan pengobatan lanjutan setelah rahimnya dibedah pada awal bulan guna mengangkat kanker yang kembali menggerogoti. \"Setelah dioperasi, saya mesti tiga kali kemoterapi lagi,\" kata Supriyati di rumahnya di Sunrise Garden, Jakarta Barat, Sabtu siang pertengahan Desember lalu.

Perempuan 44 tahun ini merasa ada yang mengganggu rahimnya sejak Agustus 2011. Perut sakit seperti tertarik hingga ia susah berdiri. Hasil ultrasonografi (USG) di Poliklinik Green Garden menunjukkan ada benjolan di rahim sebelah kanan dan cairan di sebelah kiri. Periksa di Rumah Sakit Graha Kedoya, hasilnya sama. Di Rumah Sakit Dharmais, sebulan kemudian, Supriyati divonis menderita kanker indung telur.

Tak ada jalan selain operasi. Pada 13 Desember 2011, bedah medis itu dikerjakan. Tapi ini bukan akhir cerita. Dia perlu menjalani kemoterapi agar kanker tak kembali menjalar. \"Namun saya takut,\" ujar Supriyati.

Satu sore pada awal Maret 2012, Kartono, suami Supriyati, menonton stasiun televisi Cahaya Banten. Acaranya tentang pengobatan kanker dengan narasumber dokter Sin dari Klinik TCM Harapan Baru. Sang dokter didampingi penerjemah. Terpikat talk show interaktif itu, Kartono menelepon si narasumber. \"Dr Sin mengatakan bisa meng­obati pasien kanker tanpa kemoterapi ataupun operasi,\" ucap Kartono.

Maka, pada 7 Maret 2012, dia mengajak istrinya ke TCM…

Keywords: -

---

Foto Terkait