Westerling, Algojo Dan \'ratu Adil\'

Edisi: 51/41 / Tanggal : 2013-02-24 / Halaman : 58 / Rubrik : IMZ / Penulis : Dody Hidayat, Iqbal Muhtarom, Suardi Gattang


Dalam kongres itu diputuskan agar dibentuk sebuah tim untuk menuntut Belanda memberi ganti rugi berupa fasilitas pendidikan dan kesehatan di kawasan bekas operasi Westerling. Tim juga diharapkan mampu melobi Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa agar menyusun komisi pencari fakta yang tujuannya mengusut tindakan Westerling sebagai aksi penjahat perang.

Tempo melacak ladang-ladang pembantaian Westerling di Sulawesi, mewawancarai saksi-saksi yang masih hidup, juga mengupas bagaimana di Bandung, Westerling membentuk Angkatan Perang Ratu Adil, yang mengobrak-abrik kota. Dia terobsesi menjadi Ratu Adil seperti yang diramalkan dalam Serat Jangka Jayabaya. Dalam memoarnya, Mijn memories (Kenanganku,1952), Westerling percaya dirinya adalah keturunan Turki yang akan menjadi penyelamat orang Jawa. \"Hari itu saya membaptiskan kekuatan saya: Pasukan Ratu Adil,\" tulisnya.

Hal lain yang diturunkan dalam laporan Tempo kali ini adalah bagaimana hubungan Angkatan Perang Ratu Adil dengan Darul Islam pimpinan Kartosoewirjo? Sebab, sejarawan muda Belanda lulusan Universitas Nijmegen bernama Fredrik Willems, dalam penelitian mutakhirnya tentang Westerling, melihat ada kemungkinan Westerling dan Kartosoewirjo dipasok senjata dari sumber yang sama.

Dua spanduk besar terbentang di kedua sisi ruang pertemuan Gedung Assamalewuang di Jalan Gatot Subroto, Majene, Sulawesi Barat, Sabtu, 2 Februari lalu. Ratusan orang dari berbagai kalangan, dari para sesepuh masyarakat, pejabat daerah, anggota organisasi kemasyarakatan, kaum ibu, sampai anak sekolah, hadir. Hari itu digelar acara penting, yakni Kongres Rakyat Mandar II. Dengan model huruf berdarah-darah, spanduk yang kanan, entah sengaja entah salah tulis, berbunyi: \"Ingat Wasterling Si Pembantai Massal\". Sedangkan yang kiri bertulisan: \"Remembering Westerling the Mass Murder\".

Enam puluh enam tahun lalu, tepatnya pada 1 Februari, di Desa Galung Lombok, sekitar delapan kilometer sebelah timur Majene, terjadi pembantaian massal terhadap orang Mandar. Saat itu, dalam hitungan jam, lebih dari 650 orang tewas di tempat. Orang Mandar mengingat hari Sabtu berdarah itu dengan sebutan Penyapuan. Asal penyebutan itu karena ayunan sten gun serdadu Belanda yang diarahkan ke kerumunan orang tersebut seperti gerakan menyapu.

Westerling Sang Pembunuh Massal yang dimaksud spanduk itu tak lain Kapten Ray­mond Paul Pierre Westerling, pemimpin Penyapuan tersebut. Ketua Kongres Rakyat Mandar Naharuddin, yang juga anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sulawesi Barat, menyebutkan kongres mengusulkan agar gubernur menerbitkan peraturan daerah yang menetapkan 1 Februari sebagai hari berkabung di seantero Sulawesi Barat.


* * *
Westerling mendarat di Makassar pada 5 Desember 1946. Pengirimannya merupakan keputusan pemimpin tertinggi tentara Belanda di Indonesia, Letnan Jenderal Simon Hendrik Spoor (1902-1949). Westerling memimpin Depot Speciale Troepen (DST), pasukan khusus yang sampai Maret 1947 dikaitkan dengan peristiwa pembantaian di Sulawesi Selatan dengan korban tewas ditaksir sebanyak 40 ribu jiwa.

Herman van Goethem,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…