Hary Tanoesoedibjo: Hampir Semua Partai Mendekati Saya

Edisi: 52/41 / Tanggal : 2013-03-03 / Halaman : 124 / Rubrik : WAW / Penulis : Qaris Tajudin, Agoeng Wijaya, Anton Aprianto


GERAKAN Hary Tanoesoedibjo dalam sebulan terakhir penuh ke­jutan. Pertengahan bulan lalu dia mengumumkan hengkang dari Partai Nasional Demokrat (NasDem). Keputusannya seolah-olah mengkonfirmasi keretakan hubungannya dengan Surya Dharma Paloh, bekas politikus Partai Golkar yang tiga tahun lalu mendirikan organisasi kemasyarakatan Nasdem yang kemudian berubah menjadi partai.

Tapi tak butuh waktu lama bagi Hary untuk menemukan kendaraan barunya di kancah politik nasional. Ahad pekan lalu, bos Grup MNC ini memutuskan bergabung dengan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura). Di partai yang dikomando Wiranto ini, dia langsung dipercaya sebagai ketua dewan pertimbangan partai. \"Saya ingin membesarkan partai ini,\" katanya kepada Tempo.

Panggung politik HT—begitu Hary biasa disebut—baru dibangun pada akhir 2011 lewat debutnya di Partai NasDem, yang ketika itu belum lama berdiri. Meski menjadi \"anak kemarin sore\" di perpolitikan, kiprahnya sebagai pebisnis ulung memaksa partai lain ikut memperhitungkan keberadaannya.

Bisnisnya memang menggurita. Di industri penyiaran, Grup MNC miliknya menguasai RCTI, MNC TV, Global TV, Sindo TV, dan televisi berbayar Indovision. Dia juga menguasai saluran pemberitaan lewat harian Seputar Indonesia, majalah Sindo—dulu Trust—portal berita okezone.com, dan beragam media gaya hidup. Ada juga beberapa perusahaan manajemen investasi dan asuransi. Tahun lalu majalah Forbes menempatkan HT di peringkat ke-29 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 1,09 miliar atau sekitar Rp 10 triliun.

Kamis pekan lalu, wartawan Tempo Qaris Tajudin, Agoeng Wijaya, Anton Aprianto, Sorta Tobing, Gustidha Budiarti, Isma Savitri, dan fotografer Jacky Rachmansyah serta Denny Sugiharto dari Pusat Data dan Analisa Tempo (PDAT) menemui HT di ruang kerjanya, MNC Tower lantai 28, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat.

Mengenakan kemeja biru muda dengan bagian lengan terlipat, HT berulang kali bangkit dari duduknya saat menjawab pertanyaan. Intonasinya naik-turun. Tapi jawabannya semakin lirih ketika mulai menceritakan alasannya membeli aset-aset Grup Bakrie dan bergabung dengan kongsi bisnis induk tambang batu bara di London, Bumi Plc.

Mengapa Anda tertarik masuk ke dunia politik?

Sederhana saja, bukannya saya sok idealis, negara ini banyak masalah dan semakin tak ada kepastian. Padahal masyarakat membutuhkan kepastian dalam segala hal, dari kebijakan ekonomi, sosial, sampai soal kepemimpinan. Tapi itu masih bisa diperbaiki. Agar menjadi bagian dari perubahan itu, ya, harus masuk ke politik.

Dari hitungan bisnis, apa keuntungan yang Anda dapat dari politik?

Malah kontraproduktif. MNC Group sudah besar, tumbuh pesat. Kapitalisasi pasar tujuh perusahaan publiknya mencapai lebih dari Rp 100 triliun. Ada tiga risiko yang harus saya tanggung karena masuk ke politik, yaitu harus berpikir jernih, energi, dan mau tidak mau dana. Artinya, ini pengorbanan, bukan keuntungan. Tapi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…