Djoko Suyanto: Saya Tak Ingin Masuk Partai

Edisi: 01/42 / Tanggal : 2013-03-10 / Halaman : 116 / Rubrik : WAW / Penulis : Agoeng Wijaya, Qaris Tajudin, Maria Hasugian


SETAHUN menuju masa pemilihan umum agaknya selalu merepotkan Djoko Suyanto. Lima tahun lalu, dia sibuk menyiapkan kemenangan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono pada Pemilihan Umum Presiden 2009. Kini, ketika Yudhoyono tak mungkin lagi mencalonkan diri, tantangan yang dihadapi Djoko justru semakin berat.

Sebagai Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan, ia bertanggung jawab atas keamanan negeri ini. Tewasnya delapan anggota Tentara Nasional Indonesia oleh serangan kelompok bersenjata di Distrik Tingginambut dan Sinak, Papua, Kamis dua pekan lalu, mungkin mengawali persoalan keamanan tahun ini.

Meski tak terdaftar sebagai anggota Partai Demokrat, sebagai sohib dan bagian dari ring-1 Presiden Yudhoyono, Djoko seolah-olah tak terpisahkan dengan partai penguasa tersebut. Dia disebut-sebut cocok memimpin Demokrat, yang sedang terpuruk akibat berbagai kasus dugaan korupsi yang melibatkan kadernya. Termasuk dugaan gratifikasi yang melibatkan mantan Ketua Umum Demokrat Anas Urbaningrum. Lebih jauh lagi, tak sedikit pula yang terang-terangan mengajukan mantan Panglima TNI ini sebagai calon presiden pada 2014.

Ditemui wartawan Tempo Agoeng Wijaya, Qaris Tajudin, Maria Hasugian, dan Anton Septian, Rabu pekan lalu, Djoko, yang sepanjang wawancara menghabiskan dua cangkir teh rendah gula, tak mau tampak ambisius. Dia menolak menyebut tahun ini sebagai tahun politik. \"Saya lebih senang menyebutnya tahun dinamis.\"

Wawancara dilakukan di rumah dinasnya di Jalan Denpasar, Jakarta Selatan. Karena jarang ditinggali, rumah yang dipenuhi foto dan lukisan diri Djoko dan keluarganya itu sedikit beraroma lembap. Sehari-hari, Djoko memang menjadi tetangga Presiden Yudhoyono di Puri Cikeas, Bogor.

Apa yang sebenarnya terjadi di Papua?

Ini merupakan rangkaian kejadian yang tidak berdiri sendiri. Kejadian ini menunjukkan kelompok-kelompok keras di Papua masih ada.

Pada saat kejadian, sepuluh prajurit TNI yang dihadang dan ditembak itu tidak mengenakan seragam dan tak bersenjata. Bagaimana bisa? Bukankah itu wilayah operasi kelompok bersenjata pimpinan Goliat Tabuni?

Mereka tentara reguler yang sudah membaur dengan masyarakat sehingga tidak curiga akan terjadi penyerangan. Masalah ini sedang dievaluasi, bagaimana seharusnya prosedur standar untuk operasi di kawasan seperti itu. Bagaimanapun, mereka kan sudah tahu kondisi daerah itu seperti apa, seharusnya waspada.

Siapa pelaku penyerangan tersebut?

Terlalu dini menyebut pelakunya. Tapi setidaknya ada empat kelompok bersenjata di Papua. Ada juga pendukung mereka di luar negeri, seperti Benny Wenda di Inggris dan beberapa lainnya di…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…