Uang Jamu Mafia Bayi
Edisi: 02/42 / Tanggal : 2013-03-17 / Halaman : 60 / Rubrik : LIPSUS / Penulis : TIM LIPSUS, ,
Perempuan muda itu melangkah gontai menuju ruang pemeriksaan Rumah Sakit Umum Daerah Cengkareng, Jakarta Barat. Wajahnya terlihat ragu-ragu. Di belakangnya, seorang perempuan setengah baya mengiringi dia. Sore pertengahan Agustus tahun lalu itulah untuk pertama kalinya Debbyââ¬âbukan nama sebenarnyaââ¬âmemeriksakan kehamilan.
Memang bukan pengalaman pertama itu yang membuat perempuan peranakan Cina-Betawi ini bimbang. Ada perkara lain yang lebih besar. Setelah diperiksa, dia akan menyerahkan masa depan bayi di rahimnya kepada orang yang belum lama ia kenal. \"Waktu itu saya sangat sedih dan bimbang,\" kata Debby, 22 tahun, menuturkan kembali peristiwa itu kepada Tempo pekan lalu.
Debby memang tak siap menerima kelahiran bayi hasil hubungan di luar nikah itu. Apalagi sang kekasih batal menikahinya dan lepas tanggung jawab. Padahal kedatangan bayi di keluarganya jelas membawa masalah lain. Bapaknya hanya tukang servis barang elektronik yang mengandalkan panggilan. Ibunya tak bekerja. \"Sudah bikin malu, bakal merepotkan keluarga juga,\" ujar anak bungsu dari lima bersaudara itu.
Di tengah kekalutannya, Musni, mertua salah satu kakaknya, memberitahukan ada orang kaya tengah mencari anak angkat. Dia membujuk Debby agar menyerahkan bayinya kelak kepada orang tersebut. \"Dia orang kaya yang murah hati,\" kata Musni seperti ditirukan Debby. Hati Debby pun luluh. Dia tak sadar sudah masuk perangkap jaringan penjualan bayi.
Musni lalu mengenalkan Debby kepada Ani, warga Warung Dangdut, Cengkareng, Jakarta Barat. Kepada Debby, Ani menyatakan orang yang mencari anak angkat itu bosnya bernama Tati. Yang membuat Debby curiga, saat bertemu dengan Tati di rumah Ani, tongkrongan si bos jauh dari ciri-ciri orang kaya. Busananya biasa saja. Tak ada juga perhiasan mencolok menghiasi tubuhnya.
Melihat keraguan Debby, Tati langsung melempar umpan. Dia menyatakan akan memberi Debby Rp 2 juta. \"Ini baru uang jamunya,\" ucap Tati. Uang jamu adalah sebutan untuk biaya perawatan kehamilan. Saat Debby meminta uang jamu, Ani dan Tati mengulur waktu. \"Ada barang ada uang,\" kata Debby menirukan Ani.
Soal uang, Tati juga memberi janji lain. Bila melahirkan bayi perempuan, Debby akan menerima imbalan Rp 7 juta. Adapun jika laki-laki Rp 5 juta. Agar Debby tahu berapa nilai bayinya itu, Tati memintanya memeriksa kehamilan lewat USG. \"Saya juga heran mengapa dibedakan,\" ujar Debby.
Sampailah kemudian pada petang Agustus tahun lalu itu, saat Ani menemaninya ke RS Cengkareng untuk menjalani USG. Saat itu, rasa sedih berkecamuk di benak perempuan jebolan kelas II sekolah menengah pertama ini. Kala pemeriksaan, terjadi peristiwa yang tak disangka. Dokter kesulitan menentukan kelamin bayi karena kakinya melipat. Di layar komputer, Debby memang melihat bayangan bayinya tertutup riak-riak hitam.
Seusai pemeriksaan, Ani mengajak Debby ke rumahnya lagi untuk menemui Tati. Debby mengira Tati akan menyerahkan uang jamu. Ternyata dia tak mau menyerahkan uang sepeser pun. \"Saya tak mau beli…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Merebut Kembali Tanah Leluhur
2007-11-04Jika pemilihan presiden dilakukan sekarang, megawati soekarnoputri akan mengalahkan susilo bambang yudhoyono di kota blitar.…
Dulu 8, Sekarang 5
2007-11-04Pada tahun pertama pemerintahan, publik memberi acungan jempol untuk kinerja presiden susilo bambang yudhoyono. menurut…
Sirkus Kepresidenan 2009
2007-11-04Pagi-pagi sekali, sebelum matahari terbit, email membawa informasi dari kakak saya. dia biasa menyampaikan bahan…