Panen Kerbau Di Tulang Bawang
Edisi: 06/42 / Tanggal : 2013-04-14 / Halaman : 50 / Rubrik : IMZ / Penulis : Sadika Hamid, Syari Fani, Nurochman Arrazie
Saban Januari-April, beberapa desa di Kabupaten Tulang Bawang, Lampung, memanggil pulang ribuan kerbau liar dari hutan. Hewan-hewan itu digiring ke rawa-rawa desa untuk \"disenangkan hatinya\"ââ¬âsebelum masuk kandang.
Sebagian dipotong dan dijualââ¬âdengan nilai hingga miliaran rupiah. Sisanya dikirim kembali ke hutan mulai akhir April. Mereka diharapkan berkembang biak di hutan hingga musim berikutnya. Tradisi 300 tahun lebih itu kini terancam oleh rencana alih fungsi lahan rawa. Tempo merekam dari dekat seluruh ritual ini pada awal Maret lalu di Rawa Pemokou, Tulang Bawang.
Duduk di tepian Rawa Pemokou, para tua-tua adat itu melantunkan lagu manis, membujuk hati. áñLamon way bekhak ngandang kibau, lamon ngisik kibau setahun nganek sekali, lamon nyak ngisik kithik ngalpanang ngadok telu,\" suara mereka berbaur dengan angin padang rumput di senja bulan Maret. Syair itu kurang-lebih mengatakan, \"Kami rindu kepada kerbau dan berharap rawa ini akan terus terendam air.\" Di tengah rawa, seratusan ekor kerbau berukuran jumbo berenang tak tentu arah. Empat perahu tempelââ¬âdua di sisi kanan, dua lagi di kiriââ¬âberusaha keras menggiring hewan-hewan yang tampak betah bermain-main dalam rawa itu menuju daratan.
Pengemudi perahu dan awaknya memekik-mekik sambil menepukkan batang bambu ke permukaan air, menjaga kerbau agar tak keluar dari jalur. \"Kami berharap kerbau kami datang membawa banyak anak dan tak ada yang tertinggal di hutan, terseret air sungai, dan mati,\" ujar Syahlan Arbukhin, 59 tahun. Dia penduduk Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang, Lampungââ¬âwilayah yang amat dikenal dengan tradisi unik memelihara kerbau.
Masyarakat desa-desa di Menggala telah merawat tradisi ini selama 300 tahun lebih: memanggil ribuan kerbau dari hutan pada setiap Januari-April, menggiring mereka ke dalam rawa-rawa, membiarkan mereka berendam dan bersenang-senang. Rumput savana segar dan lezat menjadi santapan yang disajikan kepada para kerbau di atas papan-papan yang terpasang hingga ke tengah rawa.
Setelah cukup acara berendam, hewan-hewan berukuran jumbo itu digiring ke dalam kandang dan siap menjadi sumber transaksi ekonomi yang bernilai hingga miliaran rupiah. Sejak akhir April hingga awal Mei, sisa kerbau dikirim kembali ke hutan dan berkembang biakââ¬âhingga musim ngandang kibau di tahun mendatang.
Pada Maret lalu, Tempo merekam dari dekat 3.000 lebih kerbau digiring dari hutan ke kandang-kandang penduduk di seputar Rawa Pemokou. Perjalanan dari tepian rawa hingga ke kandang penduduk bisa mencapai 20-an…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegarawan, sumbangan terbesar…
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…