Historiografi, Bukan Obituari

Edisi: 46/19 / Tanggal : 1990-01-13 / Halaman : 36 / Rubrik : KL / Penulis : ABDULLAH, TAUFIK


SEANDAINYA Bung Hatta belum telanjur membuat janji lain, barangkali ia,
bersama Prof. M. Yamin, akan tampil sebagai pembawa makalah tentang "Filsafat
Sejarah Nasional Indonesia" dalam Seminar Sejarah Nasional yang pertama (dan
yang bersejarah), pada 1957, di Yogyakarta.

; Tetapi Bung Hatta telah punya janji lain. Maka, di sinilah kisah bermula --
Soedjatmoko merasa terhormat diminta panitia untuk menggantikan Bung Hatta.
Hanya saja, seperti kemudian diceritakannya, ternyata ia tak tahu apa-apa
tentang sejarah Indonesia. Ia pun mulai mempelajarinya, memahami dinamikanya,
dan merenungkan permasalahannya.

; "Ketidaktahuan" itu, kini saya pikir, merupakan keuntungan juga. Coba saja
pikirkan, apakah yang bisa disebut sebagai "sejarah Indonesia" waktu itu.
Apalagi kalau pakai embel-embelan "nasional". Memang sejarah sebagai ingatan
kolektif bangsa telah dapat memberikan berbagai mitos perjuangan nasional.
Sudah dari dulu Bung Karno berbicara tentang tiga zaman sejarah -- masa lalu
yang gemilang, masa sekarang (kolonial) yang gelap, dan masa depan (yang
merdeka) yang penuh harapan. Dan Yamin pun telah membayangkan Indonesia yang
gemilang di bawah kesatuan Majapahit dan Sriwijaya, sebelumnya.

; Tetapi sejarah sebagai body of knowledge?…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

O
OPEC, Produksi dan Harga Minyak
1994-05-14

Pertemuan anggota opec telah berakhir. keputusannya: memberlakukan kembali kuota produksi sebesar 24,53 juta barel per…

K
Kekerasan Polisi
1994-05-14

Beberapa tindak kekerasan yang dilakukan anggota polisi perlu dicermati. terutama mengenai pembinaan sumber daya manusia…

B
Bicaralah tentang Kebenaran
1994-04-16

Kasus restitusi pajak di surabaya bermula dari rasa curiga jaksa tentang suap menyuap antara hakim…