Wiratman Wangsadinata: Penuntasan Masalah Infrastruktur Memerlukan Pemimpin Tegas

Edisi: 11/42 / Tanggal : 2013-05-19 / Halaman : 180 / Rubrik : WAW / Penulis : Agoeng Wijaya, Anton William, Mahardika Satria


SETAHUN terakhir nama Wiratman Wangsadinata kerap muncul terkait dengan rencana proyek pembangunan Jembatan Selat Sunda. Dia, yang semula bergandeng tangan dengan Konsorsium Graha Banten Lampung Sejahtera (GBLS), pemrakarsa proyek yang mayoritas sahamnya dimiliki pengusaha Tomy Winata, tiba-tiba berbalik arah. Pensiunan guru besar Teknik Sipil Institut Teknologi Bandung ini menolak rencana mitranya menggandeng kontraktor asing.

Di tengah persoalan tersebut, nasib jembatan yang dirancangnya sejak 16 tahun lalu itu kini terkatung-katung. Pemerintah terbelah. Ada yang mendukung dan ada yang tidak setuju dengan Peraturan Presiden Nomor 86 Tahun 2011 tentang Pengembangan Kawasan Strategis dan Infrastruktur Selat Sunda, yang memberikan mandat kepada Konsorsium GBLS untuk menyiapkan proyek, termasuk menyusun kajian kelayakan (feasibility study). Tim 7—berisi tujuh menteri—yang dibentuk tahun lalu untuk menyelesaikan persoalan tersebut, hingga kini tidak membuahkan hasil. \"Persoalan utamanya adalah tak ada yang berani memutuskan,\" kata Wiratman.

Jembatan Selat Sunda bukan proyek besar pertama Wiratman. Selama setengah abad, Wiratman ikut membangun sekitar 5.000 proyek konstruksi. Karyanya meliputi jembatan, jalan tol, terowongan, gedung pencakar langit, dan pembangkit listrik. Bapak Beton Indonesia—begitu dia biasa dijuluki—ini ikut membangun Jembatan Ampera (Palembang) dan merestorasi Candi Borobudur (Magelang, Jawa Tengah).

Di Jakarta, Wiratman membangun Gedung Wisma Nusantara, Wisma Dharmala, Bakrie Tower, Anggana Danamon—kini Sampoerna Strategic Square—Dukuh Atas Tunnel, dan Jalan Tol Jagorawi. Dia juga ikut serta dalam perencanaan basic design proyek kereta bawah tanah (mass rapid transit) dan terowongan multiguna (multipurpose deep tunnel), sebagai kanal banjir di musim hujan dan jalur kendaraan saat kering. Dua proyek terakhir itu kini mencuat kembali di tangan Gubernur Joko Widodo.

Kamis siang pekan lalu, wartawan Tempo Agoeng Wijaya, Anton William, dan Mahardika Satria serta fotografer Dwianto Wibowo menemui Wiratman di kediamannya, Jalan Imam Bonjol, Bandung. Hampir setiap liburan dia menyempatkan diri beristirahat di rumah bergaya Belanda yang telah dimilikinya sejak 1960-an itu. \"Untuk melepas ketegangan di Jakarta,\" ujarnya. Pada usianya yang telah 78 tahun, Wiratman berharap insinyur dalam negeri lebih banyak diberi kesempatan seperti yang diperolehnya.

Apa yang menyebabkan proyek Jembatan Selat Sunda terkatung-katung?

Ada banyak, tapi itu bukan hambatan teknis. Saya sudah membuktikannya. Palung di Selat Sunda yang disebut-sebut sangat dalam itu tidak ada. Paling dalam hanya 150 meter. Begitu pula lebarnya hanya…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…