Ketua Komisi Yudisial Suparman Marzuki: Mafia Peradilan Semakin Canggih

Edisi: 21/42 / Tanggal : 2013-07-28 / Halaman : 132 / Rubrik : WAW / Penulis : Agoeng Wijaya, Maria Rita Hasugian, Anton Septian


MENJADI komisioner Komisi Yudisial bidang pengawasan hakim selama dua setengah tahun terakhir cukup untuk membuka mata Suparman Marzuki bahwa banyak hal yang dapat menyebabkan hakim berkinerja buruk, bahkan korup. Itulah sebabnya, ketika Senin tiga pekan lalu dilantik sebagai Ketua Komisi Yudisial menggantikan Eman Suparman hingga 2015, dia paham betul tugasnya semakin banyak dan berat.

Dari pengamatannya selama ini, hanya dua dari sepuluh hakim yang memenuhi syarat berkualitas dan berintegritas. \"Kedua syarat ini penting. Hakim bagus tapi nyolong itu buruk. Hakim lurus tapi tak kompeten juga berbahaya,\" kata Suparman. Celakanya, hampir tak ada lulusan terbaik dari fakultas hukum perguruan tinggi terkemuka berminat menjadi hakim. Sistem seleksi, promosi, dan mutasi hakim oleh Mahkamah Agung juga tak menjamin terciptanya hakim yang memenuhi kedua syarat tersebut.

Rabu dua pekan lalu, wartawan Tempo Agoeng Wijaya, Maria Rita Hasugian, dan Anton Septian serta fotografer Seto Wardhana menemui Suparman di kantornya, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat. Dia membuka wawancara dengan menjelaskan kabar miring soal perpecahan di tubuh pimpinan Komisi Yudisial. Isu ini dimulai oleh pernyataan Taufiqqurahman Syahuri, salah satu komisioner, yang kecewa atas terpilihnya Suparman. Menurut Taufiqqurahman, pernah ada kesepakatan di antara sebagian anggota Komisi Yudisial pada 2010 untuk memilihnya sebagai ketua periode kedua, 2013-2015. Pemilihan Ketua Komisi Yudisial pun dianggap seperti arisan, semua pasti dapat, tinggal tunggu giliran.

Apa yang terjadi dengan proses pergantian kepemimpinan Komisi Yudisial beberapa waktu lalu hingga muncul kabar ada perpecahan di antara tujuh komisioner?

Peristiwa dukung-mendukung untuk menjadikan seseorang sebagai leader itu proses yang normal terjadi di mana pun. Bahkan, untuk menentukan takmir masjid, yang urusannya dunia-akhirat, jemaah atau warga setempat pasti membicarakan lebih dulu siapa orang yang pas menempati posisi tersebut.

Tapi Taufiqqurahman Syahuri mempersoalkan terpilihnya Anda sebagai ketua pada periode kedua ini, karena mengingkari kesepakatan di Hotel Acacia, Jakarta, pada Desember 2010. Apa sebenarnya isi pertemuan itu?

Waktu itu kami belum mendapat rumah dinas karena masih ditempati komisioner lama. Jadi, untuk transisi, semua komisioner ditampung di Hotel Acacia selama sebulan, kecuali Pak Abbas Said, yang sudah menempati rumah dinas hakim agung. Di hotel itu, kami berdiskusi ringan soal siapa yang bakal menjadi ketua. Sebab, posisi itu memang dipilih dari dan oleh anggota komisioner. Saya, Pak Taufiqqurahman, dan Pak Imam Anshori Saleh akhirnya sepakat mendukung Pak Eman Suparman sebagai ketua, dan Pak Imam sebagai wakil…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…