Swasembada Sapi Terjegal Sensus
Edisi: 23/42 / Tanggal : 2013-08-11 / Halaman : 94 / Rubrik : EB / Penulis : Retno Sulistyowati, Pingit Aria,, Bernadette Christina
SEJUMLAH kandang sapi milik warga Desa Napis, Kecamatan Tambakrejo, Bojonegoro, Jawa Timur, itu kini terlihat kosong. Sejak harga komoditas ini bergerak naik pertengahan tahun lalu, satu per satu ternak sapi sudah dilego. Budi Hartono, Ketua Unit Kepala Kandang (nama kelompok peternak sapi Koperasi Serba Usaha Lembu Seto), misalnya, melego dua ekor pejantan peranakan ongole miliknya.
\"Warga banyak yang menjual sapi, yang dibawa ke Jakarta, Bogor, dan kota lain,\" kata Budi kepada Tempo, Ahad pekan lalu. Setiap rumah tangga di desa itu rata-rata hanya memiliki seekor sapi. Mereka melepas \"celengan\"-nya kepada makelar ternak alias belantik yang blusukan ke desa-desa. Kampung yang berjarak 45 kilometer dari Kota Bojonegoro ini memang dikenal sebagai pusat pengembangan sapi peranakan ongole alias POââ¬âbiasa disebut sapi putih atau sapi Jawa.
Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Bojonegoro Tukiwan Yusa mengatakan para peternak tahu kapan harus menjual sapi. Ketika harga anjlok pada pertengahan 2011, mereka menahan. Tapi, begitu harga bergerak naik, sapi dijual.
Awal Mei lalu, menurut Budi, petugas Badan Pusat Statistik tiba di kampungnya. Satu demi satu pemilik ternak didatangi. Setelah dicacah, ketahuan bahwa jumlah sapi turun drastis. Petugas mencatat populasi sapi di desa itu 2.529 ekor. \"Padahal pada 2011 ada 3.198 ekor,\" ujarnya.
Selama Mei 2013, BPS menggelar sensus pertanian, termasuk di dalamnya sensus ternak. Pendataan dilakukan di 33 provinsi, 497 kabupaten, 6.793 kecamatan, 77.144 kelurahan/desa, dan 858.557 blok. Lembaga ini melibatkan sekitar 260 ribu petugas lapangan dengan biaya sekitar Rp 1,6 triliun. Sensus pertanian adalah program rutin setiap sepuluh tahun, yakni pada tahun yang berakhir dengan angka 3. Sensus terakhir diadakan pada 2003. Sensus ini berbeda dengan Sensus Ternak 2011, yang dilakukan atas permintaan Kementerian Pertanian.
Kepala BPS Suryamin menjelaskan, pencacahan dilakukan secara lengkap. Setiap kelurahan dibagi menjadi beberapa blok sensusââ¬âwilayah terkecilââ¬âyang berisi 100-120 rumah tangga. Perkotaan dan pedesaan mendapat perlakuan berbeda. Di pedesaan, terutama daerah sentra pertanian dan peternakan, petugas datang dari rumah ke rumah.
Sebaliknya, di perkotaan, atau daerah nonsentra pertanian dan peternakan, pendekatan melalui ketua lingkungan. BPS mendatangi rumah peternak berdasarkan informasi dari…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…