Metallicamania
Edisi: 25/42 / Tanggal : 2013-08-25 / Halaman : 54 / Rubrik : MS / Penulis : Purwanto Setiadi , ,
Eropa, dua tahun lalu, dipandang cenderung kelam secara bisnis. Selalu percaya pada kemampuan instingnya untuk bertanya apa, kapan, dan di mana waktu terbaik untuk mengerjakan sesuatu, Cliff Burnstein pun mengalihkan perhatian jangka panjangnya ke kawasan dengan mata uang lebih kuat: Amerika Selatan, Asia Tenggara, dan Australia.
\"Kami produk ekspor Amerika Serikat seperti halnya Coca-Cola,\" katanya, seperti dikutip The Wall Street Journal kala itu. \"Kami melihat pasar terbaik sebagai tujuan. Saat ini Indonesia ada dalam daftar pantauan saya.\"
Produk yang disebut Burnstein tak lain adalah Metallica. Inilah band yang merupakan satu dari empat pionir thrash metal, salah satu cabang aliran musik heavy metal yang asal-usulnya bisa dilacak hingga ke paruh pertama 1970-an. Dan band inilah yang memasukkan Indonesia ke daftar tujuan tur dunianya kali ini, berdampingan dengan dua kota lain di Asia Tenggara.
Konser yang rencananya berlangsung di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad pekan depan itu bukan yang pertama. Pada 1993, di puncak kejayaannya, Metallica tampil menghibur penggemarnya di Stadion Lebak Bulus di Jakarta. Kedatangannya lagi kali ini jelas mengobarkan gairah penggemar setianya; sampai pekan lalu, Black Rock Entertainment, promotornya, mencatat 25 ribu lembar karcis sudah terjual. Tapi, bagaimanapun, kedatangan ini harus diletakkan juga dalam konteks Burnstein itu.
Burnstein, yang bermitra dengan Peter Mensch memanajeri Metallica (juga beberapa artis lain, melalui Q Prime), sebenarnya tak menjadikan kurs euro yang menyusut sebagai satu-satunya pemandu keputusan bisnisnya. Dalam kenyataannya, Metallica tak pernah melewatkan Eropa setiap kali tur. Para personel Metallica, menurut Neil McCormick, yang menulis di The Telegraph sehari setelah wawancara dengan Burnstein terbit, bahkan selalu memboyong keluarga masing-masing. McCormick mengutipkan kata-kata Lars Ulrich, drummer Metallica, kepadanya bahwa Metallica \"tak lagi membikin musik demi uang\".
Dengan kata lain, Burnstein mewakili kepentingan perusahaannya: bahwa tempat untuk menghasilkan uang makin bertebaran di dunia ini, jadi dia hendak memastikan mesin bisnisnya bekerja lebih giat. Dan dia punya \"barang jualan\" yang sejauh ini masih moncer.
Dengan total penjualan album mencapai seratus juta kopi di seluruh dunia, Metallica memang tergolong kelompok musik yang sukses. Mereka, menurut Steven Hyden dalam artikel berserinya di Grantland.com, situs yang berfokus pada olahraga dan budaya pop, termasuk \"para pemenang dalam sejarah rock \'n\' roll\".
Yang lebih utama dari fakta itu: Metallica adalah band dalam tradisi heavy metal, musik…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Skandal Bapindo dalam Irama Jazz
1994-05-14Harry roesli dan kelompoknya mengetengahkan empat komponis muda, dan kembali menggarap masalah sosial. dihadirkan juga…
Ngeng atau Sebuah Renungan Sosial
1994-05-21Djaduk ferianto, yang banyak membuat ilustrasi musik untuk film, mementaskan karya terbarunya. sebuah perpaduan musik…
Aida di Podium yang Sumpek
1994-05-21Inilah karya kolosal giuseppe verdi. tapi london opera concert company membawakannya hanya dengan enam penyanyi,…