Jebakan Keledai Harga Kedelai
Edisi: 30/42 / Tanggal : 2013-09-29 / Halaman : 114 / Rubrik : EB / Penulis : Y. Tomi Aryanto, Akbar Tri Kurniawan, Ika Ningtyas
Rapat koordinasi di kantor Wakil Presiden dua pekan lalu itu memanas. Intonasi suara Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa saat menyampaikan pendapat atau pertanyaannya kepada Menteri Perdagangan Gita Wirjawan terdengar tinggi. \"Bagaimana bisa ada importir swasta yang diberi jatah 210 ribu ton lebih, sementara Perusahaan Umum Bulog yang diberi penugasan khusus justru hanya dikasih kuota 20 ribu ton?\" sumber Tempo mengulang pernyataan Hatta dalam rapat itu.
Hatta gusar karena, menurut si sumber, arahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sejak awal sudah sangat jelas terkait dengan program stabilisasi harga kedelai. Perintah itu secara khusus ditegaskan melalui peraturan presiden yang diteken 8 Mei lalu. Isinya penugasan kepada Bulog sebagai agen pengaman harga dan penyaluran bahan baku tahu dan tempe tersebut. Hatta menilai perintah itu tak tecermin dalam kebijakan tata niaga yang dibuat Menteri Gita, yang mengubah mekanisme impor kedelai dari importir umum menjadi hanya untuk sejumlah importir terdaftar. \"Itu yang bikin Hatta dan Wakil Presiden marah,\" sumber Tempo lainnya bercerita.
Rapat itu berlangsung di tengah protes dan ancaman pemogokan para produsen tahu dan tempe, yang mengaku keberatan terhadap meroketnya harga dan menipisnya suplai kedelai di pasar. Lantaran sudah mengira akan ada masalah pasokan, Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso sudah mengajukan izin untuk mengimpor 500 ribu ton sejak Maret. \"Separuhnya dimaksudkan sebagai kedelai cadangan pemerintah. Selebihnya untuk komersial,\" ujar Sutarto, Rabu pekan lalu. \"Tapi, kami tunggu-tunggu, izinnya dari Kementerian Perdagangan tak kunjung keluar.\"
Dalam hitungan Bulog, sistem penyangga dan pengaman harga hanya akan efektif jika mereka bisa menguasai sedikitnya 10 persen dari total pasar. Dengan kebutuhan tahunan rata-rata 2,5 juta ton kedelai, kata Sutarto, \"Bulog baru akan bisa berpengaruh kalau punya stok 250 ribu ton. Kalau terlalu sedikit, pasar akan tetap dikendalikan segelintir pemain besar.\" Izin buat Bulog akhirnya memang keluar, tapi kelewat sedikit dan sudah terlambat untuk mengatasi masalah.
Dengan alasan berbeda, Menteri Keuangan M. Chatib Basri pun khawatir terhadap sistem kuota dan pembatasan impor yang diberlakukan Gita. Kenaikan harga kedelai yang tak terkendali dikhawatirkan menambah inflasi dan memperberat beban ekonomi yang sedang tertekan oleh anjloknya nilai tukar rupiah dan pelarian modal asing. Itu sebabnya, Chatib cenderung meminta agar keran impor dibuka lebih lebar.
Kecuali Gita, para pejabat lain dalam rapat itu punya kesimpulan: kenaikan harga kedelai di pasar domestik lebih meÃÂrefleksikan ketidakpastian suplai ketimbang efek nilai tukar. Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo pun ikut bersuara. \"Turunnya nilai tukar rupiah…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
SIDANG EDDY TANSIL: PENGAKUAN PARA SAKSI ; Peran Pengadilan
1994-05-14Eddy tansil pembobol rp 1,7 triliun uang bapindo diadili di pengadilan jakarta pusat. materi pra-peradilan,…
Seumur Hidup buat Eddy Tansil?
1994-05-14Eddy tansil, tersangka utama korupsi di bapindo, diadili di pengadilan negeri pusat. ia bakal dituntut…
Sumarlin, Imposibilitas
1994-05-14Sumarlin, ketua bpk, bakal tak dihadirkan dalam persidangan eddy tansil. tapi, ia diminta menjadi saksi…