Ratap Tangis Di Jalur Gempa

Edisi: 52/23 / Tanggal : 1994-02-26 / Halaman : 32 / Rubrik : NAS / Penulis : GSI


AKMAL masih terlelap tidur di rumahnya yang berlantai dua. Ketika itu, Rabu, 16 Februari 1994, pukul 07.00 lewat beberapa detik. Saat itulah, ia terbangun oleh guncangan hebat yang menggoyang rumahnya. Listrik pun padam. Belum sempat ia bangkit dari tempat tidur, sekonyong-konyong dinding rumahnya roboh menghajar bahunya. Ketika ia mencoba bangun lagi, ganti tembok di sisi lain menghantam kakinya.

Tanpa pikir panjang ia menerobos bangunan yang tiba-tiba saja berantakan seakan rumah-rumahan dari kardus tertiup angin. Bersama istrinya yang lolos dari jepitan almari, Akmal mencari anak-anaknya di antara reruntuhan. Tatkala ia berhasil menggendong kedua anaknya, rumahnya yang miring tak lagi punya tangga. Ia sulit turun dari kamarnya di lantai dua.

"Tolong.... Ambilkan tangga atau tali. Kalau tidak, biarkan kami mati," Akmal melolong. Untunglah, di antara penduduk yang tengah berlarian ke luar rumah itu ada yang mengulurkan tali, menolong mereka. Dengan tali itu Akmal…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?