Presiden Direktur Pt Mrt Jakarta: Dono Boestami: Sengsara Dahulu, Mrt Kemudian

Edisi: 34/42 / Tanggal : 2013-10-27 / Halaman : 148 / Rubrik : WAW / Penulis : Purwani Diyah Prabandari, Hermien Y. Kleden, Tomi Aryanto,


Terbengkalai lebih dari 20 tahun, proyek mass rapid transit (MRT) Jakarta akhirnya dimulai pada Oktober ini. Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo—"tuan rumah" proyek raksasa ini—tampaknya sadar betul akan efek sosial dan transportasi yang bakal timbul selama pembangunan MRT Jakarta. "Sosialisasi kepada warga harus diberikan setiap hari. Jadi, kalau ada caci-maki, tidak ke MRT, tapi ke saya," ujar Jokowi pada peletakan batu pertama, 10 Oktober lalu.

Tadinya Jokowi sempat berkeberatan menandatangani surat pernyataan bertanggung jawab penuh terhadap penggunaan dana—yang merupakan syarat Kementerian Keuangan untuk pencairan dana hibah. Dia juga menganggap beban biaya yang sedianya menjadi tanggungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terlalu berat. Toh, aneka negosiasi keras berakhir dengan peletakan batu pertama. Dan Jokowi memilih Dono Boestami, 50 tahun, untuk memimpin pelaksanaan proyek MRT Jakarta.

Datang dari dunia keuangan, Dono punya jejak panjang di wilayah perbankan hingga badan-badan usaha milik negara. Dia mengaku paham akan kompleksnya kesulitan yang akan mereka hadapi: dari urusan kemacetan, utilitas, hingga problem teknis pembangunan. "Tapi semua sudah diperhitungkan. Yang penting, biarkanlah kami membangun dulu," Presiden Direktur PT MRT Jakarta ini menegaskan.

Moda transportasi cepat berbasis rel ini akan membentang sekitar 110,8 kilometer—terbagi dalam dua koridor, yakni Selatan-Utara (Lebak Bulus-Kampung Bandan), sekitar 23,8 kilometer, dan Timur-Barat (Cikarang-Balaraja), sejauh lebih-kurang 87 kilometer. Tahap pertama yang kini sedang dibangun adalah wilayah Lebak Bulus-Bundaran HI—dan akan disusul Bundaran HI-Kampung Bandan. Menurut Dono, pada awal 2018 diharapkan MRT Jakarta sudah bisa beroperasi.

Sejak Maret lalu, Dono berupaya mendekatkan diri dengan dinamika transportasi publik. Dia mulai menjarangkan naik mobil pribadi—dan menggantinya dengan "kombinasi kendaraan umum": dari taksi hingga kereta. "Mudah dan praktis ke mana-mana," ujarnya seraya tertawa.

Di tengah jadwal rapatnya yang padat sepanjang Senin pekan lalu, Dono menerima wartawan Tempo Purwani Diyah Prabandari, Hermien Y. Kleden, Tomi Aryanto, dan Mitra Tarigan untuk wawancara ini. Perbincangan berlangsung di kediamannya yang simpel dan asri di Jalan Bangka XI, Jakarta Selatan.

Kenapa proyek ini baru dikerjakan sekarang?

PT MRT Jakarta berumur lima tahun, tapi studinya sudah dimulai pada 1986. Menurut saya, Jakarta ketinggalan jauh dibanding negara-negara tetangga. Perbandingannya begini: sekitar sepuluh tahun lalu,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

K
Kusmayanto Kadiman: Keputusan PLTN Harus Tahun Ini
2007-09-30

Ada dua hal yang membuat menteri negara riset dan teknologi kusmayanto kadiman hari-hari ini bertambah…

B
Bebaskan Tata Niaga Mobil
1991-12-28

Wawancara tempo dengan herman z. latief tentang kelesuan pasar mobil tahun 1991, prospek penjualan tahun…

K
Kunci Pokok: Konsep Pembinaan yang Jelas
1991-12-28

Wawancara tempo dengan m.f. siregar tentang hasil evaluasi sea games manila, dana dan konsep pembinaan…