Berharap Pada Sepetak Embung
Edisi: 34/42 / Tanggal : 2013-10-27 / Halaman : 08 / Rubrik : JTM / Penulis : Agus Supriyanto, Musthofa Bisri, Agita Sukma Listyanti
TANAMAN jagung di ladang milik Yinah, 45 tahun, layu dan mulai mengering setelah dua pekan tak diairi. Agar tak semakin rugi, warga Desa Ragung, Kecamatan Pangarengan, Sampang, Madura, itu terpaksa menjual semua jagung mudanya secara borongan kepada perajin rempeyek.
Selama musim kemarau, Yinah dan warga Desa Ragung lainnya mengandalkan suplai air dari waduk kecil penampung air hujan atau embung untuk mengairi sawah dan ladang mereka. Air embung disalurkan melalui pipa langsung ke ladang. Namun sudah dua bulan terakhir embung itu tak lagi bisa diandalkan. Volume airnya terus menyusut sehingga hanya bisa digunakan untuk kebutuhan mandi, cuci, dan kakus. "Karena panas sangat ekstrem, pipa milik saya malah rusak," kata Yinah saat ditemui Tempo, Senin pekan lalu.
Embung air di Desa Ragung memang masih model lama, yakni berupa cerukan tanah seluas setengah lapangan sepak bola. Setiap musim kemarau, air dalam embung selalu habis lebih cepat. Sifat tanahnya memang seperti pasir, sangat mudah menyerap air. Agar air tak cepat habis, mau tak mau embung serupa ini sudah selayaknya diganti dengan embung biomembran, yakni yang berpelapis plastik antibocor. Sayangnya, sinyal kedaruratan warga Ragung yang perlu embung model baru belum terpantau radar pemerintah Sampang.
Merujuk pada pernyataan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Sampang Wisnu…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Lumpur Penguras Duit Negara
2013-01-06Negara harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk korban lumpur lapindo setelah mahkamah konstitusi menolak…
Keyko, Ratu Muncikari dari Surabaya
2013-01-06\"ratu muncikari\" yunita alias keyko, 34 tahun, memiliki bisnis prostitusi rapi, sistematis, dan terorganisasi. di…
Lagi-lagi Pasar Turi
2013-01-06Pasar turi lama, pusat bisnis di kota surabaya, tinggal kenangan. dengan terbakarnya gedung pasar turi…