Para Penjual Kematian

Edisi: 38/42 / Tanggal : 2013-11-24 / Halaman : 229 / Rubrik : NAS / Penulis : Anton Septian, Setri Yasra, Tri Artining Putri


SEMBARI membetulkan leher kausnya yang sudah kendur, Iqbal Khusaeni memulai cerita penangkapan dirinya pada 20 Agustus lalu. Ia diringkus Detasemen Khusus 88 Antiteror Kepolisian RI di rumahnya di Cipayung, Jakarta Timur. Tuduhannya menembak Ajun Inspektur Satu Kushendratna dan Brigadir Kepala Ahmad Maulana hingga tewas di Pondok Aren, Tangerang Selatan, tiga hari sebelum penangkapan. "Saya diminta mengakui karena sketsa wajah tersangka mirip saya," kata Iqbal.

Dia kemudian mendekatkan wajahnya ke Tempo. "Memang mirip, ya?" Ditemui di penjara Kepolisian Daerah Metro Jaya pada awal Oktober lalu, Iqbal mengatakan sedang menyetir mobil dari Lampung ke Jakarta ketika penembakan di Pondok Aren terjadi. Punya alibi kuat, Iqbal batal dijerat dengan pasal menebar teror. Namun ia tak bisa mengelak dari tuduhan lain: menyimpan senjata api ilegal.

Di rumahnya di Cipayung, polisi tidak hanya menemukan dua airsoft gun dan 100 butir peluru, tapi juga mendapati sebuah Walther PPK 765 serta satu Baikal Makarov kaliber 32. Kedua pistol lancung itu dibeli Iqbal dari seseorang bernama Ikik di Cipacing, Sumedang, Jawa Barat. "Senjata Cipacing bagus-bagus," ujar Iqbal, yang memiliki nama samaran Rambo alias Ramli.

Cipacing tersohor sebagai sentra senjata rakitan. Sugeng Suprianto, pemilik toko senapan angin Pipik Air Rifle di sana, bercerita. Cipacing sudah memproduksi senjata rakitan sejak zaman Belanda. Pada 1950-an, pemerintah melarang senjata api…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

S
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14

Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…

K
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14

Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…

O
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14

Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?