Singapore Biennale 2013 Merayakan Keberagaman Seni Asia Tenggara

Edisi: 38/42 / Tanggal : 2013-11-24 / Halaman : 266 / Rubrik : SN / Penulis : Alia Swastika, ,


Singapore Biennale 2013 dibuka pada pengujung Oktober lalu. Biennale yang digelar untuk keempat kalinya itu bakal berlangsung hingga awal Februari tahun depan. Mengusung tema "If the World Change…", biennale yang diinisiasi Singapore Art Museum pada 2004 itu lebih berfokus pada seniman Asia Tenggara.

Proses kurasi cukup terbuka dan demokratis. Seniman yang terlibat dipilih oleh tim kurator, beranggotakan 27 praktisi seni dari Asia Tenggara. Mereka terdiri atas kurator, peneliti, akademikus, dan seniman. Dari Indonesia, terpilih dua kurator, Mia Maria (Jakarta) dan Aminuddin T.H. Siregar (Bandung).

Tak hanya menyebarkan peran kurator ke berbagai macam profesi, Singapore Biennale juga mengambil inisiatif untuk keluar dari wilayah pusat urban, memasuki ranah yang belum banyak terjamah. Sekitar 80 seniman kemudian terpilih, mewakili keberagaman praksis dan pendekatan berkesenian di Asia Tenggara.

Dari Indonesia, terpilih nama-nama seperti Nasirun, Tisna Sanjaya, dan Eko Prawoto, yang sudah cukup mapan serta memiliki kontribusi penting pada seni di Asia Tenggara. Toni Kanwa dan Rosid mewakili seniman yang memiliki pendekatan berkesenian tidak biasa di tengah medan seni kontemporer.

Adapun generasi muda seniman Indonesia diwakili Irwan Ahmett…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.