Panggung Padam Konvensi
Edisi: 42/42 / Tanggal : 2013-12-22 / Halaman : 32 / Rubrik : NAS / Penulis : Jobpie Sugiharto,, Widiarsi Agustina, Kartika Candra
RUMAH besar dengan kolam renang itu lengang. Hanya ada dua petugas pengamanan berseragam Partai Demokrat di teras rumah. Seorang pegawai lain berkantor di sekretariat Komite Konvensi itu. Di ruang tamu rumah seluas 500 meter persegi di Jalan Pati Unus 75, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, ini tertata rapi seperangkat kursi kayu berukir.
Foto wajah para calon presiden dipajang di dinding. Di ruang tengah, meja rapat memanjang dilingkari 20-an kursi hitam baru. Di situ terpacak dua poster besar konvensi Demokrat. Di ruang staf, tujuh meja berikut kursi seperti tak pernah disentuh. Tak ada komputer, kertas, bahkan alat tulis. "Pimpinan biasanya datang sekitar pukul lima sore," kata seorang petugas, Kamis sore pekan lalu.
Inilah kantor baru Komite Konvensi Partai Demokrat. Baru ditempati sebulan terakhir, kantor ini menggantikan kantor sebelumnya di lantai 11 Wisma Kodel, Kuningan, Jakarta Selatan. Ketua Komite Maftuh Basyuni menampik kabar bahwa kantornya sepi dari keriaan konvensi. "Di ruangan banyak yang bekerja," ujarnya.
Suasana kantor Komite sesenyap perhelatan konvensi. Hingga tiga bulan berlangsung, gaung penjaringan calon presiden dari partai berkuasa itu tak terasa. Sebelas peserta mengikuti kegiatan ini, yang dimulai pada 22 September lalu dan akan berakhir April 2014. Mereka adalah Ali Masykur Musa, Anies Baswedan, Dahlan Iskan, Dino Patti Djalal, Endriartono Sutarto, Gita Wirjawan, Hayono Isman, Irman Gusman, Marzuki Alie, Pramono Edhie Wibowo, dan Sinyo Harry Sarundajang.
Sejak itu, mereka dibiarkan bebas blusukan-tanpa arahan dan pembagian wilayah. Belum terasa pula "kemeriahan" yang dimunculkan Komite untuk menyedot perhatian publik sekaligus menjajakan para calon. Satu-satunya acara yang bikin heboh publik adalah penayangan siaran tunda deklarasi dan penyampaian visi-misi calon pada saat pembukaan di Hotel Sahid Jakarta oleh TVRI. Belakangan, Komisi Penyiaran Indonesia memutuskan stasiun televisi pelat merah itu melanggar prinsip keberimbangan, independensi, dan netralitas…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?