Sirkus Lokal Jaran Kencak
Edisi: 42/42 / Tanggal : 2013-12-22 / Halaman : 08 / Rubrik : JTM / Penulis : David Priyasidharta, ,
Seratusan kuda, mengenakan berbagai aksesori warna-warni senada dengan warna busana pawangnya, berkumpul di Alun-alun Lumajang pada hari pertama Desember lalu. Hari itu mereka akan mengikuti pawai keliling kota memperingati hari jadi ke-758 kota itu.
Tak sekadar berpakaian seronok, kuda-kuda ini menarik perhatian ribuan penonton yang memadati jalan sepanjang dua kilometer dari Alun-alun Utara menuju Stadion Semeru karena kepandaiannya menari. Sambil mengangkat kedua kaki depan, mereka bergerak mengikuti tetabuhan kenong telok, musik tradisional Madura. Tak hanya berdiri, mereka pun menuruti perintah sang pawang untuk duduk sampai leyeh-leyeh sambil terus menggerak-gerakkan kepala.
Jaran kencak, demikian seni tradisional khas Lumajang ini disebut. Menurut Ketua Paguyuban Jaran Kencak Lumajang A'ak Abdullah Al Kudus, kesenian ini dipercaya lahir pada masa Kerajaan Wirabhumi di bawah Raja Arya Wiraraja. Wilayah kerajaan ini meliputi Tapal Kuda, Madura, hingga Bima. Pusat kerajaan berada di Lumajang, tepatnya di Desa Biting saat ini.
Konon, kesenian ini diciptakan oleh Klabisajeh, petapa yang menetap di lereng Gunung Lemongan. Kesaktiannya bisa membuat kuda liar tunduk, jinak, dan pandai menari sehingga disebut jaran kencak atau kuda yang menari.
Menurut A'ak, kesenian ini…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Lumpur Penguras Duit Negara
2013-01-06Negara harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk korban lumpur lapindo setelah mahkamah konstitusi menolak…
Keyko, Ratu Muncikari dari Surabaya
2013-01-06\"ratu muncikari\" yunita alias keyko, 34 tahun, memiliki bisnis prostitusi rapi, sistematis, dan terorganisasi. di…
Lagi-lagi Pasar Turi
2013-01-06Pasar turi lama, pusat bisnis di kota surabaya, tinggal kenangan. dengan terbakarnya gedung pasar turi…