Seorang Soekarno Untuk Indonesia
Edisi: 43/42 / Tanggal : 2013-12-29 / Halaman : 134 / Rubrik : FL / Penulis : Leila S. Chudori, ,
Soekarno
Sutradara: Hanung Bramantyo
Skenario: Ben Sihombing dan Hanung Bramantyo
Pemain: Ario Bayu (Soekarno), Maudy Koesnaedi (Inggit Ganarsih), Lukman Sardi (Hatta), Tanta Ginting (Sjahrir), Tika Bravani (Fatmawati), Ferry Salim (Sakaguchi)
Produksi: Multivision Plus, Mahaka Pictures, dan Dapur Film
Soekarno di layar Anda adalah sebuah rekaan, sebuah konsep, sebuah kekaguman, dan keterpesonaan Hanung Bramantyo terhadap seorang tokoh besar. Ini sebuah film cerita; bukan film dokumenter, apalagi buku teks sejarah. Pada akhirnya film ini adalah sebuah adaptasi; serangkaian imajinasi seorang sineas yang ditumpahkan untuk tontonan hiburan.
Bahwa sosok yang diperankan Ario Bayu itu diciptakan berdasarkan seorang tokoh besar peletak batu negeri ini, orator ulung, agitator massa, Presiden Indonesia pertama yang kelak juga dikenal sebagai pencinta keindahan (perempuan), sekaligus politikus yang akhirnya terasing di masa wafatnya, itu yang kemudian menjadi persoalan. Seberapa jauh seorang kreator memiliki lisensi untuk mengunggah imajinasinya? Dan seberapa jauh mereka yang merasa "memiliki" dan "mengenal dekat" sosok ini berhak mengklaim "itu bukan orang yang saya kenal"?
Pertama-tama Soekarno (belakangan sang Presiden menggunakan ejaan baru menjadi Sukarno) adalah milik publik. Itu tak bisa dihapus dan tak bisa diralat. Terlepas dari kecerewetan kita terhadap berbagai detail dalam film ini, kita tetap harus mengakui ini adalah bayangan sang sutradara terhadap tokoh yang dikaguminya itu.
Hidup Soekarno sejak lahir hingga wafat tidak hanya panjang dan berliku untuk diceritakan hanya dalam satu film sepanjang dua jam. Terlalu banyak peristiwa besar, Belanda, Jepang, Belanda lagi, lantas pengalaman luar biasa membangun negeri yang sangat Bhinneka Tunggal Ika ini. Tidak aneh jika Hanung memilih sebuah fokus: Soekarno kecil hingga kemerdekaan Indonesia. Pilihan yang pragmatis, tapi ternyata tetap mengandung banyak tantangan: dari segi plot, tata artistik, musik, serta yang paling penting dan bakal (atau sudah) disorot dengan tajam adalah soal akurasi sejarah. Dalam setiap film (Indonesia) yang mengambil setting masa lalu, pasti akan ada anakronisme: sesuatu (barang, kostum, atau gerak tingkah laku) yang menjadi milik periode lain dan tak seharusnya menjadi bagian dari adegan itu.
Anakronisme dalam sebuah film berlatar belakang sejarah adalah sesuatu yang membuat mata penonton gatal-gatal,…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Sebuah Film untuk Mutiari dan Lain-Lain
1994-04-30Sutradara: jim sheridan. skenario: terry george, jim sheridan. aktor: daniel day-lewis, emma thomson, pete postlethwaite.…
Madonna, Kejujuran dan Ketelanjangan
1994-01-22Sutradara: alek keshishian. produksi: propaganda film. resensi oleh: leila s chudori
Robin Hood Pelesetan
1994-01-22Sutradara: mel brooks. skenario: mel brooks, evan chandler, david shapiro. pemain: cari elwes, richar lewis,…