Sandyakalaning Museum Tropen

Edisi: 48/42 / Tanggal : 2014-02-02 / Halaman : 54 / Rubrik : IMZ / Penulis : Dody Hidayat, Lea Pamungkas, Addi Mawahibun Idhom


Kegiatan seni dan budaya di Belanda, bagi kabinet Perdana Menteri Mark Rutte, dianggap terlalu bergantung pada subsidi. Walhasil, subsidi tahunan kepada lembaga-lembaga seni budaya, seperti Institut Tropen Kerajaan (Koninklijk Instituut voor de Tropen/KIT) dan Museum Tropen, dihentikan.

Perpustakaan Institut Tropen akibatnya tutup dan akhir tahun lalu membagi-bagikan secara gratis sebagian koleksi bukunya kepada masyarakat Belanda. Museum Tropen, yang berdiri pada 1864 dan banyak menyimpan koleksi benda kuno dari Indonesia, pun terancam bubar pada 2017, bergabung dengan dua museum etnogafik lainnya.

Apakah Indonesia mendapat hibah ribuan buku dari koleksi Perpustakaan Institut Tropen yang dibagi-bagikan itu? Sebab, banyak sekali buku dan data mengenai Indonesia di sana. Bagaimana respons pemerintah Indonesia? Bagaimana nasib arca-arca dari Indonesia yang ada di Museum Tropen? Tempo mereportasekan kondisi mutakhir markas KIT, gedung Markant Gebouw, yang anggun di tepi Oosterpark, Amsterdam.

"Kamis, 19 Desember 2013, pukul 12.30-15.30 dan Jumat, 20 Desember 2013, pukul 10.00-13.00, para peminat Perpustakaan Koninklijk Instituut voor de Tropen (KIT) dapat datang dan mengambil buku cuma-cuma. Ini adalah sisa koleksi perpustakaan. Karena penghematan besar-besaran, KIT terpaksa harus melakukannya."

Itulah isi pengumuman yang disebarkan di media massa, jejaring sosial, dan kemudian beredar dari mulut ke mulut yang mengagetkan banyak orang. Mengagetkan karena perpustakaan dengan gedungnya yang anggun dan sudah berusia 103 tahun itu harus berhenti di titik ini.

Marion Vorst, 42 tahun, salah satu dari ratusan orang yang tergerak mengambil buku gratis itu. Sejak pagi-pagi sekali, peneliti yang sudah 20 tahun bekerja di sebuah lembaga swadaya masyarakat untuk Afrika itu mendatangi gedung Institut Tropen, yang berada di pojok persimpangan Mauritskade dan Linnaeusstraat di Amsterdam, Belanda. Antrean tampak mengular sampai ke jalan raya, tapi Vorst tak bisa menghitung berapa tepatnya orang yang hadir waktu itu.

"Yang pasti, saya harus menunggu satu jam untuk bisa sampai ke gerbang Institut Tropen," kata perempuan berperawakan kurus dengan rambut kemerahan ini.

Dengan membawa tas-tas besar, Vorst berharap bisa mendapatkan buku yang ia sukai. Walau repot dengan persiapan Natal dan akhir tahun, ia tetap menyempatkan diri. Saat pulang, Vorst mengaku sepedanya kerap limbung karena beratnya bawaan. "Ya, mungkin tidak semuanya saya butuhkan, tapi akan saya simpan," ujarnya.

Penutupan Perpustakaan Institut Tropen resmi dilakukan per 1 Agustus 2013. Sejak tanggal itu, publik tidak dapat lagi mengakses seluruh koleksi perpustakaan,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…