Ruwatan Di Kimpulan

Edisi: 51/42 / Tanggal : 2014-02-23 / Halaman : 76 / Rubrik : SN / Penulis : Addi Mawahibun Idhom , ,


SELAMA hampir dua jam Suprapto Suryodarmo terus memegang blarak atau daun kelapa. Blarak itu dipangkas jadi sepanjang dua lengan orang dewasa. Bentuknya dipermak mirip gunungan wayang. Suprapto memegangi blarak itu dengan posisi berdiri di depan dada hingga melewati tinggi kepala.

Pemimpin Padepokan Lemah Putih, Karanganyar, Jawa Tengah, ini mengawali gerak tari dengan mengelilingi salah satu halaman samping dua bangunan Candi Kimpulan. Pria 66 tahun itu berjalan pelan. Begitu sampai tiga atau lima meter, dia menangkupkan kepala ke bawah, menempelkan blarak ke tanah. Begitu usai merunduk, dia berdiri lagi, melangkah, dan mengulangi gerak sama di tempat lain.

Penampilan Prapto yang berkolaborasi dengan sejumlah penari dan musikus tersebut berlangsung di pelataran Candi Kimpulan di area Perpustakaan Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, Selasa pekan lalu. Pertunjukan berjudul Ruwatan itu merupakan penutup dari serangkaian acara hasil kerja sama Padepokan Lemah Putih, Kalanari Theatre Movement (Yogyakarta), dan UII.

Candi Kimpulan adalah candi baru yang lokasinya di area Perpustakaan UII di Jalan Kaliurang Kilometer 14. Candi kecil ini awalnya ditemukan…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

A
Ada Keramaian Seni, Jangan Bingung
1994-04-23

Seminggu penuh sejumlah seniman menyuguhkan berbagai hal, bertolak dari seni pertunjukan, musik, dan seni rupa.…

M
Mempertahankan Perang Tanding
1994-06-25

Reog khas ponorogo bisa bertahan, antara lain, berkat festival yang menginjak tahun ke-10. tapi, di…

R
Reog Tak Lagi Menyindir
1994-06-25

Asal asul adanya reog ponorogo untuk memperingati perang tanding antara klanasewandono dengan singabarong.