Hujan Yang Membangunkan Tidur Sukiran
Edisi: 52/42 / Tanggal : 2014-03-02 / Halaman : 47 / Rubrik : NAS / Penulis : Maria Rita Hasugian, Agita, Hari T.W.
SUKIRAN terjaga dari tidur lelapnya ketika suara gemuruh itu menderu. Belum sempat dia berpikir, bebatuan keburu menimpa atap rumahnya di Desa Puncu, lereng Gunung Kelud, Kediri, Jawa Timur, Kamis malam dua pekan lalu. Air hujan menggelontor deras dari lubang menganga di atap.
Petir yang menyambar serta gemuruh dari mulut Kelud belum juga membuat pria 90 tahun itu menyadari bahaya. Bersama Poirah, istrinya, ia baru beranjak setelah tetangga-tetangganya berlarian mencari selamat dari letusan Kelud yang susul-menyusul. Pada Jumat dinihari dua pekan lalu itu, di luar rumah, Sukiran kaget melihat bebatuan memenuhi halaman.
Bukannya bergegas mengungsi, Sukiran bertahan di rumahnya yang mungil, berukuran 3 x 4 meter, bersama tiga kambing kesayangannya. "Kalau mau mati, ya, saya mati di sini," katanya dalam bahasa Jawa kepada Tempo di rumahnya, Selasa pekan lalu.
Sukiran menuturkan, istrinya bersama penduduk Puncu lainnya mengungsi ke posko Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri, sekitar delapan kilometer dari desanya. Menurut dia, istrinya yang sakit-sakitan dan pikun…
Keywords: -
Artikel Majalah Text Lainnya
Setelah Islam, Kini Kebangsaan
1994-05-14Icmi dikecam, maka muncul ikatan cendekiawan kebangsaan indonesia alias icki. pemrakarsanya adalah alamsjah ratuperwiranegara, yang…
Kalau Bukan Amosi, Siapa?
1994-05-14Setelah amosi ditangkap, sejumlah tokoh lsm di medan lari ke jakarta. kepada tempo, mereka mengaku…
Orang Sipil di Dapur ABRI
1994-05-14Sejumlah pengamat seperti sjahrir dan amir santoso duduk dalam dewan sospol abri. apa tugas mereka?