Tahanan Nomor 69053 Di Kamp Dachau

Edisi: 52/42 / Tanggal : 2014-03-02 / Halaman : 72 / Rubrik : IMZ / Penulis : Lea Pamungkas, ,


Kereta bergerak lambat ketika Tempo memasuki Dachau, kota kecil sekitar 20 kilometer utara Muenchen, Jerman, pada Ahad pagi awal Februari lalu. Perlahan, kereta melintasi hamparan perladangan yang ditinggalkan karena musim dingin. Tak ada daun yang disisakan pada pohon, tinggal gerumbul perdu berwarna kecokelatan lusuh. Hujan salju riuh menerpa kaca jendela kereta.

Pagi itu, di bawah terpaan hujan salju dan suhu yang merosot sekitar lima derajat Celsius di bawah nol, kamp Dachau tampak suram. Suasana bekas kamp konsentrasi Nazi seluas 19 hektare itu terasa mencekam. Bekas kamar-kamar gas, sel-sel penjara bagi tahanan khusus, menara dan kantor pengawas, serta rumah kremasi masih ada.

Apalagi ketika memasuki hanggar audio-visual Dachau Memorial Site, perasaan ini makin berat. Informasi, foto, dan suara yang dipaparkan di hanggar itu memutar kembali secara rinci tentang rangkaian kekejaman serta penderitaan yang pernah berlangsung di kamp tersebut.

Sekitar 71 tahun silam, di tengah musim dingin yang menggigit, Djajeng Pratomo diangkut ke Kamp Konsentrasi Dachau. Dia ditangkap tentara Nazi di rumahnya di Den Haag, Belanda, pada 18 Januari 1943. Bersama puluhan orang lainnya, Djajeng diangkut dengan truk dan dijebloskan ke Kamp Vaught. Setelah beberapa hari dipenjara di kamp konsentrasi Nazi di Belanda itu, dia kemudian dipindahkan ke Dachau.

Di Kamp Dachau, seperti tahanan Nazi lainnya, Djajeng-tahanan nomor 69053-diwajibkan menjalani kerja paksa. "Saya diharuskan bekerja untuk pabrik pesawat…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…