Mengharap Hujan Menghalau Puso

Edisi: 01/43 / Tanggal : 2014-03-09 / Halaman : 08 / Rubrik : JTM / Penulis : Endri Kurniawati, Agita Sukma Listyanti, Hari Tri Wasono


Sugeng Wiyono, petani cabai di Desa Kebonrejo, Kecamatan Kepung, Kediri, mengais sisa-sisa tanaman cabainya yang rontok diterjang pasir. Petani muda 25 tahun ini mati-matian berusaha menyelamatkan tanamannya sehari setelah Gunung Kelud mengamuk, Kamis tiga pekan lalu. Meski sebagian besar tanamannya musnah, beberapa petak selamat. "Pagi sekali setelah hujan pasir berhenti, saya mengerahkan 26 tenaga petik dari desa sebelah untuk memeriksa lahan," kata Sugeng, Selasa pekan lalu.

Bagi Sugeng, ini keajaiban. Begitu mengetahui abu Kelud melibas area pertanian dan permukiman, dia yakin tak ada yang tersisa dari tanamannya. Tapi masih ada rezeki untuknya, meski tak begitu menggembirakan. Dari dua hektare cabai miliknya, tak lebih dari 1.000 meter persegi atau 0,1 hektare yang selamat. Sebanyak 24 sak cabai merah dengan nilai penjualan Rp 20 juta dikantonginya. Itu pun harus dipotong upah pekerja Rp 3 juta.

Ini jauh berbeda dengan musim panen sebelumnya. Ia meraih pendapatan Rp 350-400 juta sekali panen dengan perkiraan harga normal Rp 15 ribu per kilogram. Tapi pendapatan Rp 17 juta itu masih lebih baik dibanding para tetangganya yang tak menghasilkan apa-apa.

Katiyem, petani bawang merah,…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

L
Lumpur Penguras Duit Negara
2013-01-06

Negara harus mengeluarkan uang lebih banyak lagi untuk korban lumpur lapindo setelah mahkamah konstitusi menolak…

K
Keyko, Ratu Muncikari dari Surabaya
2013-01-06

\"ratu muncikari\" yunita alias keyko, 34 tahun, memiliki bisnis prostitusi rapi, sistematis, dan terorganisasi. di…

L
Lagi-lagi Pasar Turi
2013-01-06

Pasar turi lama, pusat bisnis di kota surabaya, tinggal kenangan. dengan terbakarnya gedung pasar turi…