Pergulatan Keindonesiaan Siauw

Edisi: 05/43 / Tanggal : 2014-04-06 / Halaman : 54 / Rubrik : IMZ / Penulis : Dody Hidayat, Lea Pamungkas, Dian Yuliastuti


Bagi sebagian orang Tionghoa di Indonesia mulai akhir 1940-an hingga pertengahan 1960-an, Siauw Giok Tjhan adalah tokoh yang aktif terlibat dalam gagasan mengindonesiakan orang Tionghoa. Ia percaya golongan Tionghoa yang sudah hidup bergenerasi di Indonesia berhak mendapatkan status suku setara dengan suku lain, seperti Jawa, Sunda, Melayu, Batak, dan Ambon. Untuk melebur ke dalam bangsa Indonesia sebagai suku, menurut Siauw, orang Tionghoa tak perlu menghilangkan ciri ketionghoaannya. Demi tujuan itu, ia membentuk Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki) pada 13 Maret 1954. Baperki banyak membangun sekolah. Juga mendirikan perguruan tinggi swasta pertama: Universitas Baperki, yang kemudian menjadi Universitas Res Publica (Ureca). Dalam kepemimpinan Siauw, Baperki condong mendekat ke sumbu kekuasaan, yang berorientasi kiri. Akibatnya, pada 15 Oktober 1965, setelah terjadi tragedi Gerakan 30 September, kampus Ureca di Grogol dibakar massa. Tanggal 23 Maret lalu tepat 100 tahun kelahiran Siauw. Tempo ingin menyajikan kembali pergumulan hidupnya dan tulisan yang menampilkan kesaksian mengenai pembakaran Universitas Res Publica.

Auditorium Hotel Seruni 3 di kawasan Cisarua, Bogor, Minggu dua pekan lalu. Santap malam 300-an peserta reuni itu baru saja usai. Suasana kangen-kangenan kemudian menjadi khidmat. Pembawa acara meminta hadirin yang rata-rata berusia di atas 60 tahun itu berdiri dari kursinya. Para opa dan oma mengambil posisi siaga. Tatkala musik dari alat pemutar terdengar, mereka pun menyanyikan lagu Indonesia Raya. Ada yang bersemangat, bernyanyi sambil menempelkan tangan kanan ke dada kirinya.

Nuansa kebangsaan Indonesia memang kental terasa di acara Reuni Ke-8 Alumni Universitas Res Publica (Ureca) itu. Selain menampilkan tetarian kontemporer Sunda dan Bali, acara memperdengarkan lagu-lagu nasional oleh paduan suara Gerakan Pemuda Perhimpunan Indonesia Tionghoa. Peserta temu kangen ini adalah orang-orang yang pada 1959-1965 menempuh pendidikan di universitas yang didirikan organisasi kemasyarakatan Tionghoa masa itu: Badan Permusyawaratan Kewarganegaraan Indonesia (Baperki).

Acara reuni kali ini menjadi lebih istimewa karena bertepatan dengan 100 tahun kelahiran Siauw Giok Tjhan, Ketua Umum Baperki yang juga penggagas berdirinya Ureca. Siauw lahir pada 23 Maret 1914 di Kapasan, Surabaya, Jawa Timur.

Baperki awalnya banyak terlibat dalam dunia pendidikan. Pada November 1957, Perdana Menteri Djuanda melarang sekolah asing menerima murid warga negara Indonesia. Akibatnya, puluhan ribu anak Tionghoa yang semula belajar di sekolah milik Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) terkatung-katung—tidak bisa meneruskan sekolah.

Siauw bersama Baperki bergerak cepat. Mereka mendirikan Yayasan Pendidikan dan Kebudayaan. Siauw membuka sekolah-sekolah untuk menampung anak-anak Tionghoa. Baperki juga mendirikan universitas swasta pertama di Indonesia, yaitu Universitas Baperki. Pemicunya adalah banyak anak Tionghoa tak bisa melanjutkan studi lantaran kuota bagi etnis Tionghoa masuk universitas negeri hanya 2 persen. Pada 1962, Universitas Baperki berganti nama menjadi Universita Res Publica.

Yang menarik, universitas ini membuka mata kalangan Tionghoa yang saat itu masih memiliki kewarganegaraan Cina untuk memahami segi…

Keywords: -
Rp. 15.000

Artikel Majalah Text Lainnya

I
Iqbal, Sang ’Allama
2008-04-20

Tanggal 21 april 2008 menandai genap tujuh dekade wafatnya muhammad iqbal. selaku politikusnegara­wan, sumbangan terbesar…

I
Iqbal, Sang Politikus
2008-04-20

Sebuah pidato terlontar di depan anggota partai politik liga muslim pada 29 desember 1930 di…

K
Kerajaan Cinta dalam Senyap Mawar
2008-04-20

Tidak mudah menguraikan kekuatan puisi seorang penyair besar, kecuali melalui perbandingan sajak dengan penyair lain…